Friday, September 11, 2015

Loyalitas Bawahan

Oleh Rusidi


ADA yang menarik dari perhelatan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) XIII 2015 di Bandung, Jawa Barat. Bukan cerita soal atlet, pelatih atau jalannya serta hasil suatu pertandingan. Tapi ini soal non teknis khususnya pelayanan bagi pejabat yang menghadiri pestanya olahraga pelajar terbesar di tanah air tersebut. Dan cerita ini terjadi di salah satu hotel dimana para ofisial ataupun pejabat menginap.

Berawal dua orang ofisial dari salah satu provinsi dibelahan timur Indonesia. Yang satu menunjukkan mimik atau wajah yang cemberut terkesan diam, dan yang satunya lagi  terlihat berwajah merah padam didominasi oleh egosentris yang meledak-ledak. Usut punya usut ternyata kedua ofisial tersebut berbeda pandangan dan pemikiran.  

Pria yang berwajah merah padam tersebut sempat mengeluarkan kalimat, “Kalau tidak kita layani dengan baik, apa jadinya sepulang kita dari Popnas. Matilah kita dibuatnya nanti,” ujar pria berwajah merah dan terkesan tegang bin serius. “ Kita harus loyal kepada atasan, apapun caranya agar semua lancar dan aman” tambah pria tersebut.

Sebaliknya pria yang terlihat cemberut dan diam seribu basa tidak memberikan reaksi yang berlebihan. Dengan lemah lembut pria yang terkesan pendiam dan polos ini berujar, “Dana darimana bang kita harus ambil, hotel di Bandung sudah penuh semua dan adapun kamar yang harganya terlalu tinggi”. “Aku harus bagaimana bang, pening kepala aku bang,” tambah pria pendiam ini sambil menundukkan kepala.

Setelah ditelusuri, ternyata permasalahan yang dihadapi dua pria berbeda pandangan itu, tidak lain tidak bukan adalah soal Uang. Yang pria berwajah merah ingin menunjukkan loyalitasnya terhadap atasan, walaupun harus mengalami kerugian materi. Sebaliknya pria pendiam ingin loyal tapi takut menghadapi resiko alias rugi. Akhirnya kedua pria inipun ribut mulut dan nyaris adu pukulan, walaupun akhirnya dipisah oleh security hotrel setempat.

Timbul pertanyaan dalam benak kita, apakah bentuk loyalitas itu harus dilakukan dengan menyusahkan orang. Apakah loyalitas harus dengan cara melakukan korupsi, atau setidaknya mengorbankan waktu. Artinya makna dari kata loyalitas dikembalikan ke diri kita masing-masing untuk menganalisanya, baik itu dengan teori ataupun praktek. []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 11 September Juni 2015


No comments:

Post a Comment