Wednesday, September 9, 2015

Bawaan Buntu

Oleh Riko Firmansyah


SIANG itu, Saleh sewot setelah membaca koran. “Aneh, dikasih duit kok gak diambil ama diorang-diorang ini. Ujung-ujungnya uang itu dipakai untuk kepentingan politik dalam rangka pencitraan partai,” katanya.

"Diorang siapa, Leh? Dan, duit apa?” tanya Minak Tab.

“Uang dana desa diplot Rp1,4 miliar per kampung masih ngendep di bank. Para kepala daerah takut mencairkannya. Alasannya, prosedur terlalu berbelit dan bingung untuk apa. Aneh kan!” jelas Saleh.

Seharusnya para pejabat itu segera mencairkannya karena sudah menjadi kewajiban tugas mereka dalam mengerjakan segala tetek bengek soal prosedur itu. “Dasar malas. Maunya disuapin aja,” dumel Saleh.

“Jangan-jangan mereka yang bingung itu bukan pejabat, Leh?” timpal Minak Tab.

“Kalau bukan pejabat jadi apa geh duduk-duduknya diorang itu? Kok seperti layang-layang putus tali gitu. Urus rakyat ogah-ogahan, kerja fokus juga tidak” suara Saleh meninggi.

“Eh Minak, kalau diserahkan duit segitu banyak untuk kampung ini mau diapakan?” tanya Saleh.

“Saya mau panggil ponakan yang arsitek itu untuk merancang bangunan mesjid semewah dan semegah mungkin. Supaya Jumatan nyaman dan bisa menampung saudara-saudara kita yang pulang kampung dalam saat Salat Ied. Jadi, tidak perlu di lapangan lagi. Cukup di Masjid kita ini yang adem dan nyaman,” khayal Minak Tab.

Di dalam masjid yang telah dipugar itu juga akan ada perpustaan komplit dan menyediakan berbagai buku pelajaran sekolah sehingga mereka tidak perlu lagi membelinya.

“Kalau kamu untuk apa uangnya, Leh?” tanya Minak Tab.

“Saya mau buat sumur bor yang dalamnya sampai tembus ke Kutub Utara. Sehingga, airnya tak kering-kering dan bila diminum saat kemarau begininya terasa kesegarannya sampai ke ubun-ubun,” jawab Saleh tak mau kalah.

Selain itu, akan dibuatkan tower yang memilki daya tampung besar kemudian airnya di salurkan ke rumah-rumah warga. “Sehingga kita tak perlu lagi mengambil air bersih ke di kampung sebelah. Gitu, Minak,” jelas Saleh, berapi-api.

“Hahaha. Emang kalau bawaan buntu gini ngomongnya suka ngaco. Yuk kita ngopi dulu,” ajak Minak Tab. []


~ Fajar Sumatera, Rabu, 9 September Juni 2015

No comments:

Post a Comment