Thursday, September 3, 2015

Gorengan Naik

Oleh Riko Firmansyah

"MAKSUDNYA apa tukang gorengan itu,  tahu bunting satu harganya Rp5.000. Mending beli mi instan. Kenyang juga dan gak ribet," celoteh Saleh.

"Kenapa lagi, Leh?" Tanya Minak Tab.

"Tukang gorengan di prempatan itu menaikan harga seenaknya saja. Biasa Rp2.500 satu, sekarang jadi goceng. Katanya, gara-gara dollar Amerika Serikat melambung dan rezim sekarang gak becus urus negara. Apa hubungannya? Dasar latah," jawab Saleh.

Minak Tab naik ke bale-bale tempat biasa mereka menikmati angin sore lalu bersila dengan menghadap Saleh.

"Leh, naiknya harga gorengan dan dollar bukan salah siapa-siapa," kata Minak Tab.

Ekonomi Indonesia memang sudah terpuruk sejak 1998. Pelemahan rupiah terhadap dolar berlangsung terus menerus hingga sekarang. Meskipun tidak mendadak tetapi penguatan dolar berlangsung signifikan.

Itu karena Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan perbaikan ekonomi, yang terpuruk pada tahun 2008 lalu. Pemerintahnya memperbanyak jumlah dolar dan menyalurkannya pada pelaku bisnis untuk berinvestasi di berbagai sektor.

Salah satunya, menginvestasikan dolar pada beragam usaha di sejumlah negara berkembang dengan membeli saham, termasuk Indonesia. Hasilnya, perekonomian Amerika Serikat barangsung membaik. Dan, mereka lepas dari keterpurukan.

Melihat itu, pemerintah Amerika Serikat memotong dana pemberiannya ke pada pelaku bisnis tadi. Akibatnya, dolar bantuan tadi berkurang sehingga para investor menarik uang mereka dengan menjual sahamnya dan pulang.

Saat ini, para pelaku bisnis Amerika Serikat itu tengah mengembangkan usaha baru di negaranya dengan bermodalkan uang hasil penjualan saham tadi. Akibatnya, dolar langka di pasaran internasional karena kembali ke negara asalnya.

"Itulah yang menyebabkannya naik, Leh" jelas Minak Tab.

Pada sisi lain, ekspor Indonesia tidak menunjukan tren positif tiga tahun terakhir. Tiga andalan ekspor: batu bara, kelapa sawit, dan karet, sedang lesu. Sebaliknya, impor malah menjadi-jadi.

Ketimpangan ekspor impor itu memperburuk iklim ekonomi. Apalagi Indonesia akan impor beras karena musim panas berkepanjagan, saat ini.

"Jadi, dolar naik bukannya salah rezim atau tukang gorengan itu. Ngupi pai, Leh"  kata Minak Tab.

Saleh hanya melirik Minak Tab yang tengah nyeruput kopi. "Jangan-jangan si tua ini abis makan kroto. Kok gacor amat," guman Saleh, dalam hati. []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 3 September Juni 2015


No comments:

Post a Comment