Monday, June 1, 2015

Jangan Takut FIFA

Oleh Abdullah Al Mas'ud


INDUK organisasi sepak bola dunia FIFA baru saja mengeluarkan sanksi ke Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), sehingga dilarang mengikuti beragam kompetisi baik regional maupun internasional. Sanksi itu dicabut bila pemerintah melegalisasi kembali PSSI. 

Terbitnya sanksi FIFA, bukan berarti sepak bola Tanah Air sedang berduka karena olahraga yang digandrungi separo penduduk dunia itu tak tergantung  FIFA.

Membahas sanksi FIFA, banyak sudut pandangnya, tapi ada yang mendekati latar belakang munculnya sanksi itu, yakni terpecahnya PSSI sejak kegagalan pemilihan Ketua Umum PSSI pada Kongres di Pekanbaru dan Jakarta. Klimaksnya pada Kongres PSSI di Solo.

Namu, hal itu juga menciptakan kesimpangsiuran baru dengan muncul dua versi kompetisi yakni Liga Primer Indonesia (LPI) dan Liga Super Indonesia.  Namun, status LPI di mata PSSI bukan lagi kompetisi terlarang.

Tidak sampai sebulan, di dalam kongres di Jakarta, mendadak LPI kembali menjadi "kompetisi haram". Perubahan sikap Komite Normalisasi terhadap LPI rupanya tidak dilaporkan kepada FIFA. Akibatnya, FIFA tetap menganggap status LPI "haram".

Tak perlu dihantui sanksi FIFA dalam mengupayakan kejelasan ini. Pilihan yang ideal untuk sepak bola Indonesia: reformasi jalan terus, sanksi FIFA bisa dihindari. Tapi, kalau terpaksa memilih: reformasi seharusnya menjadi prioritas, walaupun Indonesia harus menerima sanksi. Pembenahan ke dalam jauh lebih penting ketimbang kebutuhan berkiprah di dunia internasional. Toh, kita bukan "jagoan" di pentas dunia.

Perlu dicatat, tak ada sanksi FIFA yang berlangsung berbilang tahun. Masih ingat dengan Brunei? Brunei yang paling lama menjalani sanksi. Sultan Brunei membentuk kepengurusan baru federasi sepak bolanya, dan FIFA menghukum Brunei 20 bulan pada akhir 2008. Namun, mereka tetap menjalankan kompetisi di negeri mereka sendiri, tanpa harus menggantung dari FIFA.

Lalu, apakah sepakbola Indonesia juga akan libur selama sanksi belum dicabut. Sekarang tugas para petinggi sepakbola adalah mencari jalan keluar, ikut sanksi FIFA atau tetap menjalankan kompetisi dalam negeri tanpa harus  menunggu pencabutran sanksi FIFA…? []


~ Fajar Sumatera, Senin, 1 Juni 2015

No comments:

Post a Comment