Monday, June 8, 2015

Banyak Utang

Oleh Riko Firmansyah


“RUMAH sakit banyak. Obat bermacam-macam, dari yang termurah sampai termahal. Dokter juga ada di mana-mana. Kok mau bunuh diri,” kata Mbah Sangkil, pada Patawara yang tengah merangkai tali untuk gantung diri.

Sambil terisak Patakwara menjawab,”Utangku sekelilling pinggang. Banyaknya seperti bulu kucing. Aku dikejar-kejar orang dari sampai ke ujung langit. Sampai-sampai, ibu warung tak lagi membolehkan untuk ambil rokok meski sebatang.”

Dengan mengusap-usap kepala Patawara, Mbah Sangkil berkata,”Tak ada cobaan dari tuhan yang tidak mampu dihadapi umatNya. Percaya saja dengan itu. Dan, bukan takdirmu mati bunuh diri. Untung saya pergoki kamu di bawah pohon ini.”

Lalu, Mbah Sangkil mengambil tali dari tangannya sambil memegang tangan Patawara dan dituntun ke warung pinggir jalan. “Udah kita makan saja dulu di sini,” kata pria paruh baya itu.

“Kenyang?” Tanya Mbah Sangkil, yang dibalas dengan anggukan. “Bu kopi susu dua,” pintanya pada pemilik warung.

Mbah Sangkil mengeluarkan dompet hitam dari sakunya. “Ini dompet saya temukan sebelum mergoki kamu, tadi. Kembalikan pada pemiliknya. Jangan  ambil apapun dari isinya dan jangan minta imbalan. Setelah temukan pemiliknya langsung pulang,” pesan Mbah Sangkil.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.

Mbah Sangkil dikagetkan dengan bunyi klakson mobil di depan rumahnya. “Mbah, maaf saya baru sempat mampir. Selama ini saya sibuk mengelola perusahaan pemilik dompet yang ketika itu Mbah suruh kembalikan,” ujar Patawara ceria.

“Saya dianggap anaknya yang hilang oleh pemilik dompet itu karena wajah saya mirip. Lalu, disuruh mengelola perusahaannya di Hongkong. Ini sembako dan uang untuk Mbah munggahan puasa nanti,” kata Patawara, sambil meletakan tumpukan uang di bale-bale bambu.

“Udah ya Mbah, saya terburu-buru,” ujar Patawara, sambil berlalu.

“Alhamdulilah,” jawab Mbah Sangkil, sambil memandangi punggung anak muda yang nyaris mati gantung diri tersebut. []


~ Fajar Sumatera, Senin, 8 Juni 2015

No comments:

Post a Comment