Friday, June 19, 2015

Gizi Atlet

Oleh Rusidi

PRESTASI seorang atlet sebagaimana kita ketahui tentu merupakan perpaduan antara bakat, kecerdasan dan fisik yang unggul. Untuk urusan bakat, mungkin saat ini kita belum melihat hubungannya dengan gizi, tetapi kecerdasan dan fisik yang kuat dan sehat dapat dipastikan sangat erat kaitannya dengan gizi, maka tak heran kalau kemudian ada pameo “Tidak Ada Gizi Tidak Ada Prestasi”.

Kebutuhan terhadap makanan yang mengandung zat gizi tinggi bagi atlet tentu berbeda dari yang bukan atlet. Sebab makanan yang diperlukan tubuh adalah makanan yang seimbang dengan kebutuhan tubuh dalam melaksanakan fungsi normalnya, sesuai dengan umur serta aktivitasnya sehari-hari. Bagi seorang atlet yang aktivitas sehari-harinya lebih berat dari yang bukan atlet, tentu saja gizi yang didapatnya harus lebih besar sesuai dengan porsi latihannya.

Begitu pentingnya gizi bagi seorang atlet untuk meraih prestasi, kita semua sepakat bulat mengakuinya, tetapi bagaimana sikap kita sebenarnya terhadap masalah gizi. Artinya, dalam implementasinya ternyata seringkali masalah gizi dikesampingkan jauh-jauh. Yang muncul justru sikap suka dan tidak suka. Artinya, ketika gizi diberikan dalam bentuk ‘mentahnya’ yaitu uang, banyak yang suka. Tetapi ketika  diberikan dalam bentuk makanan yang siap untuk dikunyah dan ditelan, mulailah muncul penolakan dengan berbagai alasan. Ada yang mengatakan bumbunya kurang enak, cara memasaknya tidak tepat, bahannya yang itu-itu saja, tidak ada variasi alias membosankan.

Sikap menyampingkan gizi untuk atlet kadangkala juga terlihat pada pihak yang berwenang dalam penyediaannya. Baik dari segi penyediaan dananya maupun pengelolaannya hingga siap saji. Seperti kita ketahui, salah satu dari manfaat gizi yaitu dalam pembentukan dan penguatan otot atlet.

Hal itu tidak dapat dilakukandengan serta merta, tetapi melalui berbagai tahapan dan proses waktu yang panjang. Dengan kata lain, berapapun biaya yang disediakan untuk gizi atlet, tetap tidak akan bisa menciptakan otot yang kuat bagi atlet jika waktunya hanya seminggu. Dengan kata lain dana untuk gizi atlet harus sudah tersedia sejak proses awal latihan hingga saat pertandingan.

Dalam masalah pengelolaannya, ini juga merupakan tantangan bagi sang juru masak untuk menciptakan makanan yang digemari atlet namun dengan kualitas gizi yang tidak boleh kompromi serta takaran yang tepat. Karena takaran yang tepat sangat menunjang prestasi atlet, jika takarannya kelebihan atau kekurangan juga berakibat buruk. []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 19 Juni 2015

No comments:

Post a Comment