Monday, June 15, 2015

Wisata Vs Pol PP

Oleh Riko Firmansyah

MINAK Tab dan Saleh serius membahas program parawisata Lampung.

“Ada yang aneh, Minak. Satu sisi kampanye kunjungan wisata  gencar di mana-mana. Bersamaan itupula razia ada di mana-mana,” ujar Saleh.

“Kenapa?”

“Wisatawan tidak hanya menikmati alam pemandangan Lampung, siang hari. Mereka juga perlu istirahat dan rehat. Karaoke, misalnya. Tapi, polisi dan Pol PP selalu menggelar razia hampir setiap malam,” jawab Saleh.

Padahal tempat karaoke ada di setiap penjuru Lampung. “Lo, itukan untuk memberantas Narkoba dan prostitusi,” sergah Minak Tab.

Wisata religi yang bebas dua hal itu. Sedangkan Lampung apa didominasi wisata religi? “Hanya satu. Yaitu, Goa Maria, Pringsewu. Selebihnya berpotensi menumbuhkembangkan narkoba, minuman keras, dan prostitusi,” jelas Saleh.

Idealnya, pemerintah menoleransi hal-hal berbau negatif tersebut. Sekarang benar-benar ingin mengembangkan wisata atau tidak? Kalau tidak jangan setengah-setengah. Kalau berani jangan takut-takut dan kalau takut jangan berlagak berani.

Karena itu, wajar bila wisatawan enggan mengunjungi kota Bandarlampung atau kota-kata kabupaten. Malah mereka menghindar. Jadi, wajar bila para turis itu langsung menuju lokasi seperti Karang Nyimbor atau Teluk Kiluan.

Itu pun mereka mengeluhkan minimnya sarana dan prasarana yang ada di sana. Belum lagi tingkat keamanan yang meragukan.

“Maksudnya pemerintah tak siap menerima kunjungan mereka?”  tanya Minak Tab.

“Iya. Sangat tidak siap. Jadi, jangan berharap dapat PAD besar,” tandas Saleh.

“Haduh sudahlah ngopi aja dulu, udah mulai dingin ini,” tutup Minak. []


~ Fajar Sumatera, Senin, 15 Juni 2015


No comments:

Post a Comment