Thursday, June 25, 2015

Panik

Oleh Riko Firmansyah

“MINAK, Lebaran sebentar lagi. Gimana nih,” ujar Saleh.

“Dengar ya dik, setiap puasa Ramadan itu pasti akan ketemu Lebaran Idul Fitri. Kok panik sih,” jawab Minak Tab.

“Bukannya Panik, Minak.  Tapi, anak-anak selalu minta dibelikan baju baru, sepatu baru, celana baru, pokoknya semua minta dibelikan baru. Belum lagi istri saya minta dibelikan emas mengganti kalungnya yang dijual untuk bayar kredit motor, waktu itu,”  ujar Saleh dengan sedih.

Mendengar itu, Minak Tab lalu menasehatinya.

“Seharusnya kita senang karena menyambut hari kemenangan Idul Fitri. Dan penempatan rasa sedih karena tidak cukup uang untuk Lebaran sangat salah,” ujar Minak.

Seharusnya sedih dan dengan linangan air mata bahagia karena ditinggalkan bulan Ramadan yang penuh berkah, maghfirah, dan rahmat Allah SWT.

Banyak pelajaran dan hikmah, faidah dan fadhilah yang didapatkan.

Nanti saat Ramadan berlalu, satu hal yang tidak boleh meninggalkan kita dan harus tetap bersama kita yaitu spirit dan akhlak Ramadan.

Sehingga 1 Syawal harus menjadi imtidad, lanjutan Ramadhan dengan ibadah serta kesalehan sosial.

Sebab kata syawal itu sendiri artinya peningkatan. Inilah yang harus mengisi sebelas bulan ke depan dalam perjalanan hidup.

Seorang muslim yang kembali kepada fitrahnya akan memiliki sikap tetap istiqomah memegang agama tauhid yaitu Islam tetap akan berkeyakinan bahwa Allah itu maha Esa dan hanya kepadanya kita memohon.

Kedua, dalam kehidupan sehari-hari ia akan selalu berbuat dan berkata yang benar, walau kaana murron meskipun perkataan itu pahit.

Ketiga, ia tetap berlaku sebagai abid, yaitu hamba Allah yang selalu taat dan patuh kepada perintah-Nya.

“Eh, kamu ini diajak ngomong kok malah melamun,” ujar Minak. []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 25 Juni 2015

No comments:

Post a Comment