Thursday, January 7, 2016

PNS dan Surga

Oleh Riko Firmansyah

BADAN Kepegawaian Daerah (BKD) di pemkab dan pemkot  seluruh Lampung mulai mengangkat isu penerimaan PNS—kini jadi ASN (aparatur sipil negara). Terutama pada sektor  pendidikan dan kesehatan.

“Saya mau juga jadi PNS karena ada jaminan masuk surga. Dapat gaji tetap hingga 13 kali, bisa umroh dan naik haji gratis, dan dapat pensiun. Semuanya menjanjikan kemakmuran dan terhindar dari kekufuran,” ujar Saleh.

“Kalau hanya fasilitas yang dilihat. Bukan surga yang menunggumu tapi neraka,” ketus Minak Tab. 

Saat ini, banyak yang harus dibenahi terkait perbaikan kinerja pegawai negeri dalam melaksanakan pelayanan publik, bagaimana merubah perilaku pejabat untuk menghindarkan tindak pidana korupsi.

Dan menata jumlah pegawai agar disesuaikan dengan pekerjaan yang ada. Hanya 40 persen pegawai negeri yang benar-benar bekerja, sisanya hanya sekedar datang ke kantor tanpa melakukan pekerjaan yang berarti.

“Itu artinya berkhianat terhadap rakyat. Bagaimana mungkin surga berisi orang-orang seperti ini? Kalau iya, saya akan protes pada Tuhan,” tandas Minak Tab.

Dewasa ini, pemerintah seharusnya memperbaiki kelemahan kinerja tersebut dengan program untuk meningkatkan profesionalitas dan produktivitas kinerja mereka.

Dalam perekrutan dan penyelesaian CPNS, pemerintah harus mempunyai standar baku yang mesti dinilai berdasarkan kompetensi, keahlian, serta profesionalitas sehingga menghasilkan orang-orang yang bisa diandalkan.

Reformasi birokrasi harus ditinjau ulang mengenai tugas PNS di setiap lembaga. Pemerintah harus meninjau berapa PNS yang benar-benar dibutuhkan dalam setiap institusi sehingga tidak ada lagi yang menganggur.

Lalu, adanya ketidakjelasan desain pekerjaan yang sangat mempengaruhi produktivitas. Sistem juga memiliki sejumlah kelemahan mendasar dengan menekankan administratif dari pada sisi manajemen.

Lebih bersifat sentralistis dan kurang mengakomodasikan….

”Sudah Minak,  sudah. Stop. Cukup. Saya mau tidur dulu karena baru pulang jaga pasar, semalam,” pinta Saleh pada Minak agar tidak melanjutkan penjelasanya.

“Dasar. Tak bisa dipancing. Langsung nyerocos. Inilah, itulah, apalah,” guman Saleh, sambil berlalu.

Mendengar itu Minak Tab hanya tersenyum. []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 7 Januari 2016

No comments:

Post a Comment