Friday, November 20, 2015

Prestasi adalah Kebanggaan

Oleh Rusidi

PERHELATAN Pekan Olahraga Wilayah (Porwil) se-Sumatera yang saat ini sedang berlangsung di Bangka Belitung, dua hari lagi akan berakhir. Ada catatan kecil yang dapat ditarik dari even olahraga terbesar di Pulau Sumatera tersebut. Bukan hanya sebagai ajang prakualifikasi Pekan Olahraga Nasional (PON) saja atau pencapaian prestasi, namun Porwil dapat dijadikan sebagai sarana mempererat tali silaturahmi, persahabatan, dan rasa persaudaraan antar insan olahraga di Bumi Melayu,....

Khusus untuk torehan prestasi, para pembina cabang olahraga di Lampung harus banyak belajar dari teman-teman di Sumatera bagian utara. Cukup beralasan karena dominasi atlet-atlet Riau, Sumatera, dan Sumatera Barat begitu kentara. Selain ditunjang sarana dan prasarana latihan atlet yang memadai, juga ditunjang sumber daya manusia (SDM) baik itu atlet, pelatih dan perangkat lainnya yang baik pula.

Sedangkan satu provinsi yaitu Sumatera Selatan yang masuk dalam zone Sumbagsel, menjadi satu-satunya provinsi yang mampu bersaing keras dengan tiga provinsi di atas untuk menjadi juara umum. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi para penggiat olahraga di Lampung. Artinya, semua cabor tidak boleh asyik dan sibuk dengan dirinya, namun harus banyak berinovasi untuk mencari formula terbaik untuk menciptakan atlet-atlet dengan prestasi terbaik.

KONI sebagai induk dari seluruh cabor, tentu harus melakukan langkah kongkret bersama pengurus cabor. Formulasi apa yang harus dilakukan guna mengangkat posisi olahraga ketempat yang lebih terhormat. Sinergitas antara pengurus KONI dan pengurus cabor sangatlah diperlukan dan amat penting. Dengan memaksimalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan memanfaakan sapras yang ada.

Melihat keberhasilan Riau yang sudah dipastikan menjadi juara umum Porwil IX 2015, ternyata didahului dengan gebrakan-gebrakan yang dilakukan pengurus cabor, KONI dan pemerintah setempat.  Salah satunya adalah dengan pengiriman beberapa atlet berprestasi untuk berlatih di Prancis. Selain itu juga sebagian besar perenang yang ikut menjalani Pelatprov, mereka laksanakan di Bandung (Jawa Barat). Hal serupa juga dilakukan provinsi lainnya, seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.

Tapi yang perlu dicatat, apa yang dilakukan oleh pengurus cabor dan KONI, tidak semuanya patut ditiru. Karena sebagian hasil yang didapat kontingen Riau, Sumatera Utara dan daerah lain, ternyata masih menggunakan jasa atlet dari Pulau Jawa. Ada beberapa atlet yang ikut berlaga di Porwil, ternyata atlet bajakan atau ‘atlet haram’ yang diharapkan mampu mengatrol prestasi daerah yang dibelanya. Atau paling tidak hanya untuk mengamankan tiket untuk dapat lolos ke even yang lebih besar yaitu Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 di Jawa Barat.

Sebaliknya, kontingen Lampung lebih mengutamakan prestasi atlet putra daerah dan hasil binaan pelatih lokal. Karena Lampung sendiri sangat mengharamkan memakai jasa atlet yang bukan putra daerah. Jadi apa yang diraih kontingen Lampung di Porwil di Bangka Belitung, harus disyukuri karena semua hasil dari perjuangan para atlet putra daerah. Tinggal bagaimana para pengurus dan pembina olahraga di Lampung dapat lebih memaksimalkan sebelum berlaga di PON XIX tahun depan. []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 20 November 2015


No comments:

Post a Comment