Friday, November 27, 2015

Karakter Umum

Oleh Abdullah Al Mas’ud

DI dunia ini karakter manusia sangat beragam, tak bedanya dengan di Lampung.  Namun, dalam keseharian biasanya hanya ditemui tiga karakter yakni karakter baik, jahat, dan kombinasi antara baik dan jahat. Namun, yang paling bahaya pura-pura baik.  Dalam benak pembaca tentu yang paling berbahaya pura-pura baik.

Orang yang berkarakter pura-pura baik juga biasanya pandai main silat atau bersilat lidah. Yang seperti juga pada umumnya pandai mengolah perbincangan, mengolah siasat, memberi pendidikan yang abu-abu.

Selain itu pandai mengajak berkoalisi dengan melancarkan berbagai nasihat. Tujuannya hanya satu, mendapatkan keuntungan sesuai keinginan atau target.

Dari cerita karakter tadi banyak terjadi berbagai lingkungan, ada yag di lingkungan tetangga, ligkungan keluarga besar, dan lingkungan kerja. Bahkan ada juga di lingkungan yang bukan kerja atau menemui lingkungan baru. Setelah memeperoleh keuntungan orang seperti ini akan tertawa di belakang. Namun, manusia boleh berencana tapi Tuhan yang menentukan.

Itulah antara lain karakter orang yang sudah muncul sejak ribuan tahun yang lalu, dan karakter-karakter itu masih relevan hingga sekarang.
Dalam gonjang-ganjing di pemerintahan sekarang ini banyak peran karakter pura-pura baik berkeliaran. Bisa dilihat dari karakter-karakter itu menjelma dengan cara-cara yang licik.

Misalnya, memberi informasi yang tidak layak kepada rakyat. Tapi rakyat sudah tahu siapa dia yang berkarakter pura-pura baik dan rakyat sudah tahu sifat-sifat itu.

Apa yang kita lihat gambaran-gambaran itu terjadi dan dalam wacana menyejahterakan rakyat. Sebagai ilustrasi, ada warga yang menggarap di lahan kosong milik  negara kemudian muncul oknum mengaku dari pemerintah sambil menjinjing surat tugas dilampiri surat keputusan.

Dengan ngobrol ini dan itu, yang warga tentu tak paham dengan birokrasi, akhirnya putus kesepakatan untuk menyewa lahan.  Sebab dari pada  tak ada kerjaan, terpaksa membayar sewa. Warga yang tadi pun mencari utangan dengan jaminan bayar menunggu hasil panen.

Itu sekadar gambaran yang sering terjadi di masyarakat, pura-pura bantu padahal ada ujungnya, yakni pungutan. Karakter seeperti ini akan terus gentayangan dengan cara menyelinap di segala lini, dalam organisasi, termasuk lembaga-lembaga pemerintahan dan kehidupan politik serta parlemen.

Sebaiknya kita introspeksi, apakah ada karakter-karakter seperti di lingkungan pemerintahan, organisasi kemasyarakatan, parpol dan lingkungan kita sedniri? Kalau masih ada ya…singkirkan. []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 27 November 2015


No comments:

Post a Comment