Thursday, November 12, 2015

MEA Itu Binatang Apa?

Oleh Abdullah Al Mas’ud

DUA malam lalu, seperti biasa di Warung Bebek Jerit dekat flyover Pahoman, banyak teman berkumpul, biasanya ngobrol ngalor-ngidul. Bahasannya pun macam-macam. Namun, yang menarik muncul pembahasan soal MEA (Masyarakat Ekonomi Eropa).

Kali ini agak tumben karena teman-teman yang biasa nongkrong lengkap pas ada 8 orang. Namun, lagi asyik-asyiknya ngobrol soal MEA, tiba-tiba ada rekan yang dari tadi mainin HP nyeletuk, MEA itu binatang apa. Sontak semuanya tertawa.

Dia melanjutkan, kok pada tertawa, soalnya saya serius. Celetukan tadi malah tambah bikin terpingkal-pingkal soalnya pakai tambahan serius segala. Setekah dijelaskan, dia menangguk paham.

Akhirnya obrolan MEA makin serius. Dari diskusi di pinggir jalan tadi agak berbobot. Jadi kesimpulannya, kondisi ekonomi di Tanah Air belum stabil. Namun, mau tak mau seluruh komponen produktif dipaksa dihadapkan pada pasar terbuka Asean atau yang diistilahkan dengan masyarakat Ekonomi Asean. Munculnya MEA sebetulnya sangat diuntungkan, bagi tenaga kerja yang benar-benar berkualitas.

Namun, untuk membentuk tenaga kerja yang bagus tentu harus dibekali dengan kemampuan. Lalu, dari mana memperolehnya?

Tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah jelas yakni untuk meningkatkan stabilitas  perekonomian di kawasan ASEAN, serta diharapkan menambah persaingan ketat dari sisi SDM.

Konsekuensi SDM atas kesepakatan MEA tersebut berupa aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN berdampak pada arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. 

Dalam bidang pendidikan, Pemerintah juga dapat melakukan pengembangan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan MEA. Pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas menjadi jawaban terhadap kebutuhan sumber daya manusia. Oleh karena itu meningkatkan standar mutu sekolah menjadi keharusan agar lulusannya siap menghadapi persaingan. Selain itu juga menciptakan tenaga berkualitas lewat pendidikan luar sekolah.

Dengan menyiapkan kualitas SDM, MEA secara otomatis bakal membuka lapangan kerja baru. Bukan tak mungkin kejadian itu juga mengatasi langkah-langkah untuk mengisi tenaga kerja trampil di berbagai sektor,

Jumlah pengangguran menurut data ada 48 juta orang. Itu yang tercatat, yang tidak tercatat termasuk tenaga “penganggur yang terselubung” lebih dari itu. Dan sebagian mereka adalah pengangguran intelektual, baik yang tinggal di kota-kota maupun yang ada di desa-desa.

Sistem pendidikan harus ditujukan untuk membentuk akhlak dan moral. Juga untuk membentuk regenerasi yang tangguh di dalam segala bidang, baik pemerintah maupun swasta.

Pemerintah sebaiknya membentuk satuan tugas, yaitu penyebaran informasi kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan usaha pengumpulan, pengelolaan dan penyebaran informasi tenaga kerja. Dengan begitu, penangguran juga sudah pasti berkurang meski dalam penerimaan hanya segelintir yang diperlukan.

Jadi MEA itu bukan binatang…sekarang sudah tau. []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 12 November 2015

No comments:

Post a Comment