Tuesday, November 10, 2015

Ngehodeng Alis

Oleh Riko Firmansyah

WATI konsentrasi penuh mengukir (ngehodeng) alisnya di depan cermin. Istri Saleh itu nyaris lupa menggunakannya karena kesibuakannya melayani pembeli sekaligus dan mengurus empat anaknya.

Gaun biru manik-manik ngebling ala Musdalifa sudah dikenakannya. Rambut disemprot hairspray agar jambulnya tetap kaku saat mengenakan kerudung. Pipi merah merona tersapu blush on.

Lemak berlebih di tubuhnya mulai tersamar dengan baju ala cupang slayer dan make up-nya itu. Melihat dari caranya berdandan nampak sekali Wati tengah berperang dengan usia.

“Mak, cepet geh. Diorang udah nunggu dari tadi!” teriak Saleh, dari teras depan.

Hari itu, jadwal ibu-ibu kampung belanja keperluan warung di Karang. Mereka patungan menyewa minibus untuk membawa mereka ke kota provinsi itu sekaligus mengangkut barang belanjaan.

“Gak tiap hari saya dandan gini. Tunggu sih, bentar lagi,” balas Wati, dari dalam kamar.

Lalu Wati bergegas ke mobil. “Tolong ya Minak, temani dia ini jaga anak-anak. Saya berangkat dulu,” ujar Wati, berpamitan pada Minak Tab dan Saleh, yang tengah mengawasi anak-anak bermain lego di halaman rumah.

“Repot kalau begini terus. Harusnya pemerintah membangun pasar ini agar mereka tidak menghabiskan uang di Karang,” ujar Minak Tab, sambil memandang kepergian minibus yang membawa ibu-ibu kampung.

“Iya, jadi repot semua. Termasuk kita, ditugasi jaga anak-anak,” saut Saleh.

“Kenapa tidak nitip saja pada pegawai kecamatan atau pemkab yang memang rumahnya di Karang. Mereka itu setiap hari pulang pergi meski ngantor di tempat kita,” ujar Minak Tab.

“Beda kali rasanya kalau belanja sendiri dengan nitip. Meski ada biaya tambahan tak sebanding dengan kepuasannya. Lagi pula mana mau pegawai negeri itu bawa-bawa tepung dan minyak sayur,” ujar Saleh.

Lagi pula meski dibuat pasar pembelinya bakal sedikit, lebih enak belanja di Karang dari pada di kampung. Apalagi pegawai-pegawai pemkab yang sebagian besar berdomisili di Karang. Mereka lebih suka beli baju di mall.

“Minum kopinya Minak, bakal sampai sore kita nunggu mereka pulang,” kata Saleh. []

 
~ Fajar Sumatera, Selasa, 10 November 2015


No comments:

Post a Comment