Friday, October 9, 2015

Rupiah Menguat

Oleh Deni Kurniawan


UNTUK mengatasi dampak pelemahan ekonomi yang tengah melilit perekonomian Indonesia, Rabu (7/10/2015), pemerintah meluncurkan paket kebijakan ekonomi tahap III.

Paket ini untuk melengkapi dua paket kebijakan ekonomi yang sudah dilansir Presiden Joko Widodo pada September 2015 lalu. Melalui dua paket kebijakan terdahulu, pemerintah melakukan berbagai deregulasi untuk memperbaiki iklim usaha dan mempermudah perizinan usaha.

"Untuk kali ini, pemerintah menambahkan satu hal lagi, selain kemudahan dan kejelasan berusaha, yaitu menekan biaya," kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution di Istana Kepresidenan (7/10/2015).

Seperti dikutip dari siaran pers Humas Kementerian Koordinator Perekonomian, paket kebijakan ekonomi tahap III mencakup tiga wilayah kebijakan:

Pertama, penurunan tarif listrik dan harga BBM serta gas. Kedua, perluasan penerima kredit usaha rakyat (KUR). Ketiga, penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal.

Tak berselang lama, Rupiah pun menguat. Tapi, apakah paket kebijakan jilid III tersebut benar benar ampuh sehingga penguatan rupiah cukup drastis?

Diskusi soal penguatan rupiah tentu menjadi daya tarik bagi banyak kalangan. Virtual economic rezim benar benar sebuah faktor penting yang harus diamati tatkala hal ini berpengaruh pada sesi perdagangan virtual. Penguatan rupiah cukup drastis jika dibandingkan dengan mata uang di negara negara Asia Tengara.

Bursa bursa rontok setelah Yellen (Ketua Dewan Gubernur Federal Reserve System) dan lainnya untuk menunda menaikkan suku bunga. Alasan alasan suku bunga tetap dipertahankan juga cenderung mendukung suku bunga tetap seperti sekarang. Hal tersebut mengakibatkan kejenuhan pasar yang dirasa cukup panjang pada track perdagangannya. Dolar menjadi over value dimana mana yang akhirnya diturunkan secara perlahan. Secara global, dolar melemah dengan kadar yang berbeda.

Rupiah termasuk lumayan kenaikannya karena ada harapan perekonomian terbesar ASEAN ini tetap stabil. Negara negara yang tergabung di G20 sebenarnya sudah sejak lama meminta Yellen untuk menaikkan suku bunganya di Tahun ini. Tentu dengan alasan kepastian dan mengantisipasi spekulasi. Akan tetapi Yellen tetap bertahan. Hal inilah yang menjadi faktor pemicu penguatan rupiah dan mata uang lainnya. Hanya saja harus diantisipasi kedepannya, karena kenaikan hanya soal waktu saja.

Paket paket kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah tentu saja sangat bagus. Paling tidak untuk target jangka menengah dan panjang. Ya.. tentu saja pembenahan harus segera dan terpadu dilakukan segenap pemerintahan, baik pusat dan daerah. Tabik! []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 9 Oktober 2016

No comments:

Post a Comment