Monday, October 26, 2015

Kaban Susah

Oleh Riko Firmansyah

SALEH tengah mendengarkan keluh kesah soal penyimpangan fasilitas kaum miskin dari pemerintah di beranda rumahnya dengan beberapa warga kampung.

“Ini RT mulai gak bener karena ada pengurangan jatah raskin. Harusnya kita dapat 14 kali dalam setahun tetapi masih 12. Kemana hak warga yang dua bulan? Jangan-jangan dijual,” keluh Sanusi.

“Saya pernah iseng timbang beras itu di warung, tak bulat 20 kg per keluarga. Kadang kurang 1 kg malah sampai 3 kg. Saya pikir salah timbang atau bocor. Tapi, hampir tiap bulan saya mengalami ini,” timpal Agus.

Lalu, Saleh melirik Anton yang berkeluh kesah soal penggunaan dana bantuan operasional sekolah bagi anaknya. Pasalnya, sang kepala sekolah tidak terbuka soal detail pengelolaannya.

“Mengapa saya masih dipungut bayaran sekolah dan ada beberapa buku diharuskan membeli sendiri. Katanya gratis kok masih bayar? Saya tanyakan ini ke sekolah jawabannya ketus dan anak saya diancam bakal dikeluarkan,” kata Anton.

“Nanti-nanti, kita urus satu ini dulu, soal raskin. Kalau semuanya kita girap bisa berabe. Kita tanyakan dulu hal ini ke lurah mengenai ini. Kalau memang benar ada penyimpangan tegur ketua RT. Bila masih seperti itu ganti saja,” solusi Saleh.

“Bagaimana kalau penyimpangan itu berasal dari orang-orang kelurahan dan mereka kongkalikong mengambil hak warga miskin ini?” Tanya Sanusi.

Kalau sudah melibatkan aparat penyelenggara pemerintah seperti itu, gampang. Kita buat pengaduan ke inspektorat biar ditindak oknum-oknum kelurahan itu. Bagaimana? Kapan kita datangi? Besok pagi saja, sepulang saya jaga pasar,” ujar Saleh.

“Hei, Minak mampir,” sapa Saleh, pada Minak Tab yang tengah membeli rokok di warung istrinya depan rumah.

Minak Tab mampir dan mendengar keluh kesah mereka tadi. Sambil membuka bungkus rokok dia manggut-maggut. “O gitu ya. Ya udah sana bantu diorang ini, Leh. Saya pulang dulu ya,” Minak Tab, langsung berbalik.

Minak Tab berguman dalam hati. “Kirain ada apa. Gak tuanya kaban susah lagi ngumpul.” []


~ Fajar Sumatera, Senin, 26 Oktober 2016

No comments:

Post a Comment