Tuesday, October 27, 2015

Pengekspor Kabut Asap

Oleh Rusidi

KEBAKARAN hutan yang terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan berdampak buruk bagi perputaran roda disegala bidang. Tidak hanya mengganggu kesehatan masyarakat, perekonomian, pendidikan tapi juga dapat melumpuhkan sektor lalu lintas udara dalam hal ini penerbangan. Bahkan dalam rilis terbarunya, Kementerian Perhubungan (Menhub) menyatakan, akibat kebakaran hutan dan kabut asap selama ini setidaknya melumpuhkan jadwal penerbangan 25-30 persen.

Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan beberapa daerah lainnya dianggap sebagai produsen aktif penghasil kabut asap. Tampaknya pemerintah pusat dan daerah sangat kewalahan menghadapi situasi bencana nasional ini. Dengan peralatan seadanya, pemerintah pusat terus berusaha memadamkan api.

Bahkan beberapa negara sahabat seperti Rusia, Malaysia, Singapura, Australia dan beberapa negara tetangga lainnya ikut urun rembuk untuk memadamkan api tersebut. Tapi apa hasil yang didapat, ternyata kabut asap terus menyelimuti awan putih menjadi pekat. Bahkan pandangan yang diperbolehkan dalam dunia penerbangan adalah minimal 800 meter. Tapi realitanya pandangan hanya 200 meter hingga 400 meter.

Akhirnya dunia barat-pun menjuluki Indonesia sebagai negara pengekspor asap terbesar di dunia. Bagaimana tidak, belum tuntas memadamkan satu titik api sumber penghasil kabut asap, muncul lagi sumber titik api di daerah lain yang lebih besar yang sulit untuk dipadamkan.  Dampak kebakaran hutan di tanah air, tidak hanya berdampak di tanah air, tapi dunia internsional-pun ikut merasakan bencana tersebut.         

Lalu bagaimana provinsi Lampung menyikapi permasalahan tersebut. Apalagi santer isyu dalam tiga hari terakhir ini yang menyatakan sudah 5000 ha lahan hutan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur, ikut terbakar. Bahkan beberapa kawasan hutan di Mesuji, Lampung Barat dan Pesisir Barat  juga ikut terbakar. Hebatnya masyarakat Lampung sigap bersama pemprov dan pemkab untuk memadamkan gemercikan api tersebut.

Lampung nyaris ikut menjadi daerah produksi sekaligus pengekspor kabut asap. Kita berharap Lampung tidak ikut urun rembuk sebagai pengekspor kabut asap baik ditingkat nasional maupun internasional. Disinlah diperlukan peran serta masyarakat untuk menjaga dan melestarikan hutan yang semakin terkikis akibat penebangan hutan secara liar dan illegal logging. [])


~ Fajar Sumatera, Selasa, 27 Oktober 2016


No comments:

Post a Comment