Tuesday, October 20, 2015

Ocehan Asap

Oleh Riko Firmansyah

KEBAKARAN hutan itu mudah saja dipadamkan. Tapi, bila kebakaran hutan terjadi pada lahan gambut  tidak  akan bisa dipadamkan. Bagian atas mati karena disiram tetapi di bawah permukaan tanah bara api tetap menyala dan merambat.

Jadi, bagaimana cara memadamkannya? Bagaimana pun caranya tetap tidak bisa. Pakai parit seperti anjuran Presiden Joko Widodo. Seberapa banyak dan panjang parit yang akan dibuat. Ingat api menjalar bukan di permukaan tanah tapi di bawah tanah.

Kemampuan alat berat mengeruk lahat gambut untuk membuat parit paling dalam adalah dua meter. Sementara api yang menjalar di dalam lahan gambut tadi memiliki kedalaman lima sampai 10 meter.

“Hei itu alasan dan akal-akalan para pembuka lahan berkantong cekak. Mereka tidak mampu menerapkan landclearing modern dengan mendatangkan traktor dan buldozer. Lebih mudah bakar dan tinggalkan. Kemudian tanami pohon sawit saat penghujan,” ujar Minak Tab.

Dan, asap yang muncul dari hasil pembakaran hutan itu akan terus berlangsung meskipun musim penghujan datang. Karena El Nino mempengaruhi ketinggian permukaan air laut.

Meskipun saat pasang airnya tidak mampu mencapai lahan gambut tadi. Jadi, akan tetap terbakar hingga musim penghujan berlangsung beberapa bulan kemudian.

“Maksudnya kabut asap ini tak akan berakhir meskipun musim hujan tiba, begitu maksudnya?” Tanya Saleh. 

“Ya begitulah kira-kira,” jawab Minak Tab.

Solusinya, pemerintah di setiap tingkatan harus sungguh-sungguh mengantisipasinya saat musim penghujan tiba. Bila mengambil tindakan setelah terjadi kebakaran di Sumatera dan Kalimantan---terutama berlahan gambut—bakal terlambat lagi.

“Pesimis amat sih, Minak. Semangat dong cari solusinya,” jawab Saleh.

“Leh, saya sudah menciup asap sejak tahun 1997. Ketika itu kran investasi dibuka lebar pemerintah melalui slogan otonomi daerah. Dan, perkebunan menjadi primadona para investor pada zaman reformasi ini karena menjanjikan keuntungan,” jelas Minak Tab.

Masalahnya, pemerintah daerah tidak selektif memberi izin investasi. “Sudahlah itu telah terjadi  bila diteruskan masyarakat dan pemerintah akan berdebat yang bakal melukai hati masing-masing. Fokus saja pada antisipasi kebakaran sejak musim penghujan bukan pada saat kemarau. Itu saja,” tandas Minak Tab.

“Leh, rokokmu masih ada. Coba minta!” kata Minak Tab, sambil mengambil bungkus rokok milik Saleh.

“Mulut asem ya Minak, kalo ngoceh gak ngasep,” ujar Saleh, sambil nyengir. []


~ Fajar Sumatera, Selasa, 20 Oktober 2016

No comments:

Post a Comment