Tuesday, August 11, 2015

Perahu Bocor

Oleh  Riko Firmansyah


TERUMBU karang di Indonesia rusak parah hingga 70 persen. Kondisi itu disebabkan dua macam aktivitas, penangkapan ikan dan bahan baku perumahan.

Jenis penangkapan yang merusaknya berupa  penggunaan bom, jaring trawl, serta penggunaan racun.  Khusus bom, tidak seluruhnya merusak terumbu karang.

Misalnya, nelayan bagan. Mereka cenderung menggunakan bom berukuran 1/2 ons di perairan pada  berkedalaman 30 meter hingga 100 meter, jauh dari habitat terumbu. Meski beberapa diantaranya ada yang menambatkannya di sekitar terumbu.

Namun,  fungsinya bom itu sendiri hanya membuat terkejut dan mabuk sesaat. Sehingga, ikan kehilangan navigasi dan cenderung berkumpul di bawah lampu. Dengan begitu mudah ditangkap saat jaring bagan digulung.

Tetapi, tidak bagi mereka yang menggunakan bom di wilayah terumbu karang, beratnya mencapai 1 kg.  Tujuannya memang untuk membunuh ikan dan efeknya tentu saja menghancurkan terumbu karang yang ada di bawahnya. 

Apapun alasan dan jenisnya, yang jelas penggunaan bahan peledak dilarang dan melanggar aturan.

Penyumbang kerusakan berikutnya, penggunaan jaring trawl atau lampara dasar. Karena dilengkapi plat  besi agar jaring tenggelam saat ditarik kapal berukuran 20 hingga 50 gross ton, dengan begitu bentangannya mampu menggerus apapun yang ada di dasar laut .

Lalu, penggunaan racun. Nelayan kerap menggunakan pottasium---bahan dasar peledak--yang dicairkan. Mereka menggunakannya untuk menangkap ikan hias dan lobster. Racun ini tentunya mempengaruhi salinitas air laut yang menjadi syarat tumbuh dan berkembangnya terumbu.

Juga pemasangan perangkap ikan jenis bubu untuk menangkap ikan kerapu. Nelayan tidak hanya menaruhnya begitu saja di dasar laut. Tetapi alat itu ditutup dengan terumbu karang yang mereka congkel. Sehingga, ikan menganggapnya seperti tempat berlindung lalu memasukinya.

Dan, apalah arti ikan di aquarium bila tidak ada hiasan terumbu di dalamnya. Pengambilan hiasan ini juga turut menyumbang kerusakan. Mereka tidak hanya mengambil terumbu hidup tetapi yang telah matipun diangkat untuk jadi pemanis ruangan.

Selain itu, batu karang yang ada di bawahnyapun masih pula digali untuk pondasi bangunan dan resapan tanki WC. Artinya, terumbu karang itu tidak hanya rusak tetapi dijarah.

"Lalu, saat terumbu karang sudah mati dan ikan-ikan tidak ada lagi yang mendekatinya, bagaimana?" tanya Saleh.

"Pindah dong. Cari tempat baru yang masih banyak ikan dan terumbu karangnya. Aktivitas itu berlangsung terus-menerus dalam 30 tahun terakhir. Jadi, wajar kerusakannya begitu massive. Kelak, tidak ada lagi pencurian ikan atau illegal fishing di Indonesia oleh asing. Karena mau maling apa lagi? Ikan tak ada terumbu karangpun habis oleh kita sendiri," kata Minak Tab.

"Pemerintah harus segera mengambil tindakan. Bila didiamkan bisa gawat. Kok, Minak tertawa?" tanya Saleh.

"Ambil tindakan bagaimana? Kita ini ibarat naik perahu di tengah samudera. Negara sibuk mendayung tapi penumpangnya asik melubangi perahu. Ya, bocor," ujar Minak Tab, sambil terkekeh. []


~ Fajar Sumatera, Selasa, 11 Agustus 2015


No comments:

Post a Comment