Thursday, August 27, 2015

Lampung FC Bingung

Oleh Abdullah Al Mas’ud

TADI malam, saya mampir ke kantor teman di Jalan Dipenogoro. Niatnya hanya ngobrol biasa, menyambung silaturahmi. Tapi lama-lama obrolan menjurus ke peroalan sepak bola. Intinya, soal sepak bola Lampung yang sulit meraih prestasi di liga bergengsi lantaran masih tergantung pemerintah.

Ngobrol soal sepak bola memang seakan tak ada habisnya. Nasib sepakbola sendiri, kini terkesan hanya sebagai partisan berbagai even nasional, termasuk liga. Padahal Lampung punya sejarah manis soal prestasi sepak bola di kancah liga paling bergengsi. Yakni lolos ke Divisi Utama Liga Indonesia pada lanjutan Kompetisi Liga Indonesia keempat, era Poedjono Pranyoto-Oemarsono.

Sejak tahun lalu, prestasi sepak bola Lampung masih diperhitungkan provinsi lain. Materi pemain daerah cukup bagus karena daerah ini ditopang sekolah sepakbola berkelas Pahoman United yang tak pernah dibantu pemerintah seperak pun.
Seperti sekarang ini, Peluang Lampung FC untuk ikut Divisi Utama Liga Indonesia tahun ini terbuka lebar. Namun, peluang yang begitu lebar di liga paling bergengsi secara nasional malah bikin bingung pengurusnya. Jika Lampung FC ikut liga tersebut, siapa yang menanggung beban? Untuk satu musim saja dibutuhkan sekitar Rp3 miliar.

Persoalan itu pernah dialami PSBL waktu dipegang Wali Kota Suharto atau pada lanjutan kompetisi Liga Indonesia keenam setelah Poedjono Pranyoto lengser dari kursi gubernur. Padahal saat itu, PSBL tinggal selangkah, tapi siapa yang mau menanggung risiko jika lolos ke divisi utama. Walikota pun tak sanggup, dia memilih tidak lolos.

Lagi enak-enak ngobrol, tiba-tiba ada kabar dari Stadion Teladan Medan, Lampung FC menang 1-0 atas Persitara di lanjutan Kompetisi Piala Kemerdekaan. Dengan hasil itu, berarti Lampung gagal ke Senayan lantaran kalah satu poin dengan Kalimantan Tengah, yang mengantongi 9 poin.

Kegagalan itu sebetulnya keberuntungan buat Asvi Maphilindo selaku Komisaris Lampung FC. Kalau lolos pun bakal kebingungan untuk ikut ke Divisi Utama Liga Indonesia musim kompetisi 2015-2016.   Dia sendiri tentu tak akan mau menanggung biaya sendirian.

Untuk ikut ke Piala Kemerdekaan di Stadion Teladan, Medan, yang berlangsung sekitar dua minggu saja, biayanya lumayan besar.

Untuk pemusatan latihan saja, butuh biaya tinggi, dari akomodasi, konsumsi, honor pemain, konsumsi, dan biaya kesehatan. Bagaimana kalau lolos?

Saya sendiri tak bisa menjawab karena tak mampu membiayai…Hanya berharap, ada orang seperti Sugiharto Wihardjo alias Alay Sendok, kini buron yang pernah membiayai sendiri PSBL. Tunggu saja…. Bravo Lampung FC. []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 27 Agustus 2015

No comments:

Post a Comment