Friday, August 7, 2015

(NU)santara

Oleh Deni Kurniawan


MUKTAMAR ke-33 Nahdlatul Ulama sudah ditutup pada Kamis dini hari di Jombang, Jawa Timur. Untuk pertamakalinya dalam sejarah hajatan lima tahunan kaum nahdliyin itu diwarnai tangisan dua Kiai ternama, penjabat Rois Aam PBNU 2014-2015 KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Katib Aam PBNU (2010-2015), KH Abdul Malik Madani. Mengapa Gus Mus dan KH Abdul Malik Madani sampai menangis?

Forum lintas Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia akan menggugat Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, ke pengadilan. Ini merupakan langkah hukum yang akan diambil mayoritas PWNU dan sejumlah PCNU yang menolak semua produk hasil Muktamar yang diselenggarakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pimpinan Said Aqil Siradj yang sudah demisioner.

Kejadian memilukan tersebut sangat tidak berbanding lurus  dengan ide besar NU dalam mewacanakan NU Nusantara. Ikhtiar NU mewacanakan Islam Nusantara sebagai ortodoksi baru dunia Islam, untuk membangun peradaban yang gilang-gemilang di masa depan, menghadapi tantangan dari kelompok fundamentalis. NU harus tetap berani menghadapinya karena membangun peradaban Islam di dunia modern juga ibarat mengembalikan agama sebagai akhlakul karimah.

Islam yang teduh dan damai dikembangkan oleh Kiai-Kiai Kampung selama ini yang sudah hamper pasti berlatar belakang NU, jelas akan menghadapi dampak dari kisruh Muktamar NU di Jombang. Sudah seharusnya, semua kepentingan elit dan segenap pengurus NU bisa mendinginkan hati dan kepala untuk kepentingan umat dan tentunya Kejayaan Nusantara. Amin… []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 7 Agustus 2015


No comments:

Post a Comment