Tuesday, April 12, 2016

Miskin

Oleh Riko Firmansyah


KEMISKINAN absolut, pendapatan kasar bulanan tidak cukup membeli keperluan minimum baik perorangan maupun rumah tangga. Sedangkan miskin relatif berdasar tingkat pendapatan---kaya di kampung, bisa jadi miskin bagi warga perkotaan.

Secara struktural, miskin itu justru mengekang.  Artinya, tak ada peluang bagi mereka untuk keluar dari kemiskinan termasuk anak-anaknya. Terjebak dalam lingkaran bahkan dikategorikan kemiskinan abadi.

Dan, kemiskinan kultural. Budaya membuatnya jadi miskin, yang dalam antropologi disebut Koentjaraningrat dengan mentalitas atau kebudayan kemiskinan sebagai adanya budaya miskin.

Seperti, masyarakat yang pasrah dengan keadaannya dan menganggap mereka miskin karena turunan atau karena dulu orang tuanya atau nenek moyangnya juga miskin sehingga usahanya untuk maju menjadi kurang.

Dari semua kategori dan jenis tersebut, hanya miskin struktural yang bisa diselamatkan. Yaitu, gizi yang baik saat balita dan pendidikan memadai. Selebihnya hanya angan-angan, sama halnya mimpi menjadi kaya oleh si miskin.

Pemerintah gencar melancarkan program ini—mengentaskan kemiskinan strukutral. Diantaranya, pendidikan gratis, imunisasi, berobat gratis, pemberian gizi tambahan, hingga BPJS.

Namun, yang kurang gencar adalah berupa program pada sentuhan akhir bagi mereka yang sudah berbadan sehat mengenyam pendidikan memadai. Kuat dan pintar tapi menganggur.  Dengan begitu dia akan kembali lagi menjadi orang miskin yang absolut.

Solusinya adalah program berkesinambungan yang dipegang suatu institusi tetap khusus membidangi ini. Lembaga ini mampu melakukan penetrasi dalam merevisi program yang bertentangan pengentasan kemiskinan oleh institusi pemerintah atau swasta.

Institusi terlembagakan ini dapat menjalankan upaya pengentasan kemiskinan secara terus menerus lebih tersistimatis dan strategis. Mampu mengawal dan mengawasi semua program yang ada pada institusi lain.

Mulai dari menyehatkan, membuat cerdas, ketersediaan lapangan kerja,  jaminan hari tua, dan diulang pada generasi berikutnya. Terus seperti itu selama negara ini berdiri. []


~ Fajar Sumatera, Selasa, 12 April 2016


No comments:

Post a Comment