Thursday, April 14, 2016

Berantas Korupsi

Oleh Abdullah Al Mas’ud

KORUPSI seperti tiada henti melanda berbagai kalangan. Kondisi itu sekaligus membuktian krisis moral dan krisis akhlak. Korupsi diawali dari pejabat tingkat pimpinan, kemudian turun ke rakyat jelata.

Di tulisan ini saya menyebut pelaku korupsi itu adalah koruptor.  Yang namanya koruptor sudah tentu tidak jujur, tidak jujur berarti pembohong. Kesimpulannya, pada umumnya ketidak jujuran dibangun dengan cara sistemik melalui korupsi, tak beda merampok uang negara dan uang rakyat.

Cerita mantan Menteri Penerangan Harmoko cukup  menarik untuk disimak. Ada dua orang buta bernama Maman dan Mamat. Mereka belum pernah melihat gajah. Ketika diajak ke kebun binatang dua orang itu dibawa dekat gajah. Maman ketika memegang telinga gajah ditanya apa itu yang kamu pegang? Ini kipas jawabnya. Si Mamat begitu juga.

Ketika diminta untuk memegang belalai gajah ditanya, apa ini? Ini semprotan air. Ketika diminta memegang kaki gajah, ditanya ini apa? Dijawab oleh Maman ini bambu besar, dan si Mamat bilang ini meriam. Ketika mereka diminta untuk meraba ekor gajah, si Maman dan si Mamat bilang, kalau ini “kemoceng”.

Maklumlah, karena mereka belum pernah melihat gajah, maka apa yang dikatakan sesuai dengan kejujuran hati nuraninya. Mereka memang jujur, tidak ada kepentingan apa-apa.

Dari kisah menteri tadi merupakan cerita orang buta tapi jujur. Lain dengan jaman sekarang, yang dikemukakan oleh oknum-oknum Pemimpin kita, yang dalam gembar-gembornya mengatakan jujur, tapi kenyataannya tidak jujur.

Sebab, di balik perkataannya ada kepentingan macam-macam. Matanya tidak buta, tapi hatinya buta. Lebih-lebih sebagian dari mereka menyatakan tidak korupsi, tapi ternyata melaksanakan tindak korupsi.

Lalu, bagaimana cara memberantas ketidakjujuran itu? Tentu kita kembalikan lagi kepada pemimpin karena yang membuat aturan juga pemimpin.  Saya sendiri cuma menuggu pelontaran aturan.

Seperti BPJS laaah yang selalu menyerukan penting dan mwajibkan seluruh rakyat sebagai peserta, dengan pungutan bervariasi, makin mahal biaya pungutan, kata BPJS semakin juga naik kelasnya.

Namun, bagaimana soal mengurus BPJS saat klaim, rakyat cuma ikutan…Hehehe…  []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 14 April 2016

No comments:

Post a Comment