Friday, March 4, 2016

Mi Instan

Oleh Riko Firmansyah


SOLUSI krisis ketahanan pangan adalah mi instan. Murah, mudah diakses, nikmat, dan mengenyangkan. Tak perlu merisaukan efek sampingnya apalagi resah terhadap ancaman kelaparan. Semua itu hilang dalam lima menit.

Bila menyelami terlalu dalam soal bahaya mengkonsumsi mi instan, Indonesia sudah dilanda kelaparan sejak tahun 2000. Mengingat laju pertumbuhan penduduk dan ketersedian pangan tidak linier.

Karena laju peningkatan produksi pangan cenderung melandai dengan rata-rata pertumbuhan kurang satu persen sedangkan pertambahan penduduk sebesar 1,2 persen setiap tahun.

Kondisi itu menyibukan pemerintah mengingat belum berkembangnya kapasitas produksi pangan daerah dengan teknlogi spesifik lokasi karena hambatan infrastruktur pertanian.

Lalu, petani umumnya skala kecil (kurang dari 0,5 hektare) yang berjumlah 13,7 juta KK--dan terus berkurang---menyebabkan aksesibilitasnya terbatas terhadap sumber permodalan, teknologi, sarana produksi dan pasar.

Termasuk juga banyak dijumpai kasus terhambatnya distribusi sarana produksi, khususnya pupuk bersubsidi dan lambatnya penerapan teknologi, akibat kurang insentif ekonomi dan masalah sosial petani.

Kelestarian sumberdaya lahan dan air. Saat ini, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan hingga perkantoran) mencapai 106 ribu ha/5 tahun .

Belum lagi kondisi sumber air, daerah tangkapan air yakni daerah aliran sungai (DAS) kondisi lahannya sangat kritis akibat pembukaaan hutan yang tidak terkendali.       

Faktanya, rata-rata konsumsi beras per kapita mencapai sekitar 139 kg per tahun. Dengan jumlah penduduk sekitar 238 juta jiwa, dibutuhkan setidaknya 34 juta ton beras/tahun.

Sedangkan produksi beras dalam negeri pada 2010 lalu hanya 38 juta ton, menyisakan surplus sekitar 4 juta ton. Artinya, dalam keadaan darurat hanya mampu memenuhi kebutuhan tidak sampai dua bulan.

Kembali ke mi instan. Bumbu penyedapnya banyak mengandung Monosodium Glutamate (MSG) dan bila dikonsumsi berlebihan memberi efek buruk pada kesehatan seperti rasa mual, sakit perut, panas dalam, dan sakit tenggorokan.

Mengandung bahan pengawet seperti lilin dan paraben mempunyai efek yang fatal bagi tubuh bila dikonsumsi secara berlebihan dan mengendap dalam perut sehingga dapat menyebabkan kanker dalam jangka panjang.

Jalan keluarnya, masaklah mi instan dengan air yang banyak. Kemudian air rebusannya dibuang agar zat pengawetnya hilang. Lalu, gunakan air yang baru untuk kuahnya.

Tuangkan cukup setengah dari bumbu penyedapnya atau jangan digunakan sama sekali dan diganti dengan garam untuk mengurangi kandungan MSG-nya.

Untuk mengurai zat berbahaya minumlah air yang banyak. Selain itu, mi instan mempunya nilai gizi rendah, untuk itu tambahkan sayuran, daging, atau ikan, bila memasaknya. []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 4 Maret 2016

No comments:

Post a Comment