Wednesday, October 5, 2016

Evaluasi Total

Oleh Rusidi


RENTETAN hujatan dan caci maki harus diterima para pengurus KONI Lampung terkait kegagalan kontingen Lampung menembus 10 besar di Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 di Jawa Barat yang berakhir empat hari lalu. Apapun yang disampaikan masyarakat Lampung terkait prestasi dan hasil di PON XIX 2016, sangatlah wajar dan sah-sah saja apa adanya termasuk plus minusnya.

Pencapaian di PON XIX 2016 Jawa Barat bukanlah akhir dari segalanya. Apapun hasil yang dicapai, tentu konsekwensi harus dipertanggungjawabkan oleh pengurus KONI kepada masyarakat Lampung secara umum. Karena biaya yang dikeluarkan untuk pembinaan dan persiapan mengikuti even olahraga terbesar di tanah air yang dilaksanakan empat tahun tersebut bersumber dari dana masyarakat (uang rakyat).


Namun semuanya harus dikaji secara mendetail terkait kegagalan Lampung menembus 10 besar di PON XIX 2016 di Jawa Barat. Tidak hanya dengan melakukan evaluasi semata, namun harus diimbangi dengan pembenahan-pembenahan secara sistematis untuk mencari formula terbaik agar prestasi olahraga Lampung tidak semakin terpuruk ke dasar jurang yang lebih dalam. Baik itu evaluasi dari kepengurusan KONI maupun program masing-masing cabor yang dilaporkan ke Binpres KONI.

Kita berharap, kegagalan di PON kali ini menjadi cambuk, pecut yang sangat pedih dan dirasakan bukan hanya oleh pengurus cabor, KONI tapi juga seluruh masyarakat Lampung. Karena prestasi olahraga adalah harga diri, yang terkadang harus menggunakan berbagai macam cara untuk mencapai suatu tujuan akhir (prestasi). Memang harus kita akui, sejak tahun 1989, dimana saat itu Lampung mampu menembus posisi 5 besar nasional, di PON XIX 2016 kali ini prestasi Lampung sangat jeblok.

Pekerjaan Rumah (PR) bagi para pengurus KONI maupun penggiat olahraga di Sai Bumi Ruwa Jurai. Bahwa, Lampung tidak lagi bisa mengandalkan satu atau dua cabor untuk menopang posisi dalam perburuan medali emas di PON-PON mendatang. Artinya, pola pembinaan harus terfokus pada cabor yang menyediakan medali paling banyak dan memiliki kans untuk meraihnya. Angkat besi/angkat berat perkembangannya sudah sangat merata di tanah air. Artinya, pembinaan atlet angkat besi/angkat berat harus lebih ditingkatkan semaksimal mungkin agar tidak semakin ditingggal oleh daerah lain. Begitu juga dengan cabor-cabor lainnya, harus memiliki komitmen kuat untuk lebih maju. Bukan hanya sekadar memberikan janji-jani manis dengan target muluk yang notabene-nya omdong (omong doang).  

Mari jangan mencari kambing hitam, dengan menyalahkan satu sama lainnya. Mari bersama-sama untuk mencari jalan keluar guna memperoleh formula terbaik dalam pola pembinaan yang benar untuk mencetak atlet dengan talenta juara sejati. Dan yang terpenting adalah, memaksimalkan potensi-potensi atlet daerah (putra daerah, red) untuk meraih prestasi tertinggi. Kecewa tentu semua kecewa dengan apa yang diraih kontingen Lampung di PON XIX 2016 lalu. Tapi tidak selesai dengan saling hujat menghujat, tapi duduk satu meja untuk mencari solusinya. Yang pasti pengurus KONI akan mempertanggungjawabkan hasil yang diraih di PON XIX 2016 Jawa Barat. Bukan dengan ucapan ‘Maaf’ tapi harus juga dilakukan gerakan yang nyata.  []


~ Fajar Sumatera, Rabu, 5 Oktober 2016

No comments:

Post a Comment