Friday, October 21, 2016

Bukan Ulah Gravitasi

Oleh Riko Firmansyah


LUMRAH bila terperosok berusaha menggapai apa pun untuk menahan daya tarik gravitasi bumi. Prilaku itu muncul otomatis, disadari atau tidak. Berlaku bagi siapa pun, tak memandang sosok yang cekatan atau angong.

Hal itu terjadi pada Direktur Pelayanan Medis Rumah Sakit Bumi Waras Arief Yulizar. “Harusnya PLN juga disalahkan dong. Kenapa tidak memberikan pengumuman akan adanya pemadaman bergilir,” kelitnya.


Hal itu menjadi responnya saat mensikapi meninggalnya Bramanto (45) warga Jl. Tangkuban Perahu, Kupangkota, Telukbetung Utara,  Bandarlampung, dunia saat cuci darah di rumah sakit tersebut, Rabu(18/10).

Sebelumnya, keluarga pasien menuding adanya kelalaian dokter sehingga mengadukan kejadian itu ke Polda Lampung. Diantaranya, generator tak menyala otomatis saat pemadaman listrik.

Ada jeda lima menit yang mengakibatkan kejadian fatal tersebut. Ditambah
tak ada dokter jaga, cuma seorang perawat. Padahal, saat itu darahnya tengah tersedot mesin. Sampai wajahnya pucat dan kejang-kejang.

Ini sepertinya bentuk kelalaian yang mengabaikan standar kerja. Padahal, setiap pasien dari kalangan manapun---- asuransi, BPJS, atau bayar sendiri----sama-memiliki hak yang sama dalam pelayanan kesehatan. Di manapun dan kapanpun.

Jadi, sebab meninggalnya pasien tersebut tak memerlukan berbagai dalih dan alasan berupa genset otomatis menyala tak sampai hitungan menit. Atau antisipasi ada uninteruptible power supply (baterai cadangan).

Disengaja atau tidak, faktanya Bramanto meninggal. Dan, polisi menggali lagi makamnya untuk melengkapi berkas pemeriksaan termasuk pemanggilan para saksi.

Semoga yang benar dan salah tidak terpengaruh dengan gaya gravitasi bumi. []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 21 Oktober 2016

No comments:

Post a Comment