Wednesday, July 29, 2015

Mental Dijajah

Oleh Riko Firmansyah


"MINAK, anak saya disuruh menempel fotonya yang lagi melotot di karton hijau, dilaminating, lalu digantung di leher," ujar Saleh, dengan nada lirih.

"Tidak itu saja. Dia juga disuruh buat  membuat topi kertas warna warni yang dihiasi tanduk menyerupai kerbau. Semua itu harus dipakai selama dia mengikuti masa orientasi pengenalan di sekolahnya," lanjutnya.

Minak Tab bergeming mendengar itu.

"Apa hubungannya orientasi dengan tindakan penistaan itu. Sekolah itu harusnya memberi kegiatan yang edukatif. Kok anakku malah disuruh berprilaku seperti terjajah begitu. Apa hubungannya dengan dunia pendidikan?" Tanya Saleh.

Saleh menghela nafas dan matanya mulai ketip-ketip sambil berkaca-kaca. Dia membayangkan Ragah, anak tua laki-lakinya itu, diperlakukan tidak senonoh di sekolahnya oleh kakak kelas dan gurunya.

"Semalam, anak saya menangis karena warna kertas pada topi kerbaunya salah. Lalu, dia dihukum lari keliling lapangan sekolahnya di bawah terik matahari. Saya saja tidak pernah menghukum Ragah seberat itu," kata Saleh, dengan nada bergetar.

Dalam benak Saleh terbayang bahwa sekolah itu tidak mencerminkan lembaga yang intelek. “Bagaimana mana kelak mengikuti proses belajar bila setiap hari dia di-bully oleh para kakak kelasnya,” celoteh Saleh, berlanjut.

“Kamu ngoceh di sini mana ada jalan keluar. Labrak sana sekolahnya!” hardik Minak Tab.

“Kalau anak saya tidak naik sekolah atau dikeluarkan karena saya mencak-mencak bagaimana? Apalagi cari sekolah tidak mudah sekarang ini, Tapi kalau dibiarkan mental anak saya bisa terjajah,” jawab Saleh.

“Dengar ya, Leh. Soal mental terjajah tidak serta merta terbentuk hanya gara-gara membawa foto diri yang melotot dan memakai topi kerbau. Tapi itu terbentuk selama ratusan tahun,” ujar Minak Tab.

Lagi pula program orientasi itu untuk mengakrabkan diri dengan lingkungan yang baru dan menempa mental hingga terbentuknya disiplin belajar dan kencintaan terhadap almamater.

“Yang penting tidak berlebihan. Apalagi sampai memakan korban jiwa. Kriminil kalau begitu. Nyantai saja. Kayak kamu tidak pernah mengalami ketika sekolah dulu,” kata Minak Tab, sambil melinting rokok. []


~ Fajar Sumatera, Rabu, 29 Juli 2015

No comments:

Post a Comment