Wednesday, November 23, 2016

Lacofest. Lalu?

Oleh Supendi


LAMPUNG Segalow bersama Dinas Perkebunan Provinsi Lampung bakal menghelat Lampung Coffee Festival (Lacofest) pada 7-8 Desember 2016 di Mal Bumi Kedaton. Ajang perdana ini disebut sebagai pesta dan surganya para pelaku dan pecinta kopi di Lampung maupun para pelancong.

Lampung sudah dikenal sejak lama sebagai daerah penghasil kopi khususnya jenis robusta yang bahkan menjadi penyumbang terbesar produksi nasional. Kopi Lampung juga dikenal di kancah mancanegara memiliki cita rasa khas. Inilah yang dijadikan alasan utama digelarnya Lacofest untuk memberi penegasan bahwa Lampung identik dengan kopi dan surga bagi para pecinta kopi.


Di tingkat nasional, pemerintah juga sudah mencanangkan hari kopi nasional untuk pertama kalinya setiap tanggal 1 Oktober 2016 berbarengan dengan peringatan hari kopi internasional.

Dirjen Perindustrian bilang, perayaan kopi ini akan dihelat setiap tahun dengan tujuan meningkatkan produktifitas dan meningkatkan ekonomi para petani kopi di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia.

Pemerintah menyadari, tingkat persaingan kopi di dunia semakin ketat. Tak cuma soal produktifitas, namun juga kualitas baik dari sisi mutu biji, rasa hingga pengemasan produk. Penurunan ekspor kopi dari posisi 4 dunia pada 2015 menjadi peringkat 5 pada tahun ini dijadikan evaluasi bersama.

Hajat Lacofest tentu harus kita apresiasi sebagai wujud kebanggaan dan kecintaan pada produk lokal. Namun apa yang ditegaskan Dirjen Perindustrian haruslah menjadi urgensi sebenarnya.

Melalui ajang Lacofest, Pemerintah Provinsi Lampung bisa memulai gebrakan positif. Selain mengenalkan identitas kopi Lampung, tentu ajang akbar ini bisa dimaknai dan punya sasaran lebih luas. Jangan sampai Lacofest cuma jadi event seremonial semata yang berulang tiap tahunnya.

Apa yang dibilang Ketua Kadin Lampung, Ary Meizari Alfian dan sudah diterapkan di Lampung Barat harus jadi contoh. Bahwa meminum kopi Lampung haruslah dijadikan kebiasaan setiap warga.

Lewat Lacofest, Gubernur Lampung, M. Ridho Ficardo bisa menularkan gaungnya. Bila perlu, dibuatkan saja instruksi atau himbauan kepada setiap institusi pemerintah dan swasta juga masyarakat bahwa meminum kopi Lampung harus jadi budaya.

Kesetiaan petani untuk tetap menanam kopi juga harus dijaga dengan menjamin stabilitas harga jual kopi. Dengan begitu kesejahteraan petani ikut meningkat dan meminimalisir alih fungsi lahan ke komoditas lain sehingga lahan dan produksinya tetap terjaga.

Wakil Presiden Jusuf Kalla saat berkunjung ke Lampung pernah mewanti-wanti agar produktifitas kopi harus dijaga dan ditingkatkan. Caranya dengan membantu petani baik dari sisi teknologi maupun pupuk yang diperlukan, sehingga beban petani berkurang.

Terakhir, Pemprov juga perlu menjaga kualitas kopi Lampung dengan menjaga mutu serta identitas rasa. Tampilan produk di pasaran juga harus dibuatkan standarisasi agar tak banyak merk kopi Lampung tapi abal-abal berseliweran. Takutnya, para pelancong atau kita sekalipun salah memilih kopi Lampung yang sebenarnya. []


~ Fajar Sumatera, Rabu, 23 November 2016

No comments:

Post a Comment