Friday, November 18, 2016

Kombinasi Maut

Oleh Riko Firmansyah



TUKANG parkir dan pedagang kaki lima adalah kombinasi maut. Keduanya tumbuh subur di Bandarlampung. Di antaranya, Jalan Kartini hingga Jalan Imam Bonjol.

Satu saja keberadaanya sudah membuat jengkel. Apalagi digabungkan, tak tertahankan.


Baru memasang standar sepeda motor sudah, “Prit!” Bunyi pluit tukang parkir, memekakkan telinga.

Tak peduli berapa lama, pokoknya harus bayar Rp2.000 sekali berhenti.  Meskipun hanya bergeser beberapa toko ke samping tetap ada tukang parkir lainnya yang sudah menanti.

Masa bodo meskipun foto kopi KTP bolak balik senilai Rp200, tetap harus bayar lagi parkir Rp2.000.

Tak pernah juga ada cerita tukang parkir mengganti sepeda motor yang hilang. Semua kerugian ditanggung pemiliknya.

Malah aparat keamanan menyalahkan pengendara karena tak memasang kunci ganda. Atau, jika ada barang berharga di dalamnya yang ikut raib. Tukang parkir tetap pada posisi benar.

Jadi, pemiliknya lebih memilih mengasuransikannya dan membuat laporan kehilang sebagai salah satu syarat klaim. Bila tidak? Cukup ikhlas dan pasrah.

Atau, pejalan kaki terpaksa menggunakan badan jalan karena berjubelnya pedagang kaki lima di trotoar dan, “Tin!” Klakson kendaraan karena jalannya terhalang.

Tak jarang belasan pejalan kaki keserempet spion kendaraan atau diseruduk mikrolet yang melaju ugal-ugalan setiap harinya. Sementara para pedangan kaki lima yang menyebabkan kecelakaaan itu hanya memantau saja.

Sampai kapan dan kenapa jadi seperti itu Kota Tapis Berseri? Hanya Tuhan  yang bisa menjawabnya.

Tukang parkir dan pedagang kaki lima bersatu, benar-benar maut! []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 18 November 2016

No comments:

Post a Comment