Wednesday, November 2, 2016

Impor Cangkul

Oleh Riko Firmansyah



CANGKUL pertama kali digunakan bangsa Celtik pada zaman perunggu antara 3.800 dan 3.500 SM. Kemudian, disebarluaskan oleh bangsa Yunani dan Romawi. Indonesia, mulai kenal alat ini dari bangsa Eropa.

Bahkan, Sunan Kali Jaga berfilosofi soal cangkul bahwa manusia hendaknya  mempunyai ketajaman, mampu menyingkirkan sifat-sifat buruknya, selalu berikhtiar dan tidak melupakan untuk selalu berdoa dan menyembah Allah Swt.

Hingga Presiden Soekarno: Ini cangkulku, mana cangkulmu. Mari kita gali sejarah dan belajar padanya.

Begitu tua dan pentingnya cangkul bagi kehidupan sehari-hari hampir setiap rumah memilikinya. Meski tak digunakan tiap hari seperti petani. Paling tidak ada, bila sewaktu-waktu diperlukan.

Mengingat penting dan populernya cangkul sampai-sampai Indonesia harus mendatangkannya dari Cina. Karena kita tengah krisis cangkul.

"Memang ada impor cangkul, tapi jumlahnya kecil. Kemarin itu impor hanya 86.000 saja, sedangkan kebutuhannya 10 juta," ujarnya Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, baru-baru ini.

Dari sekian banyak negara di dunia yang memproduksinya, Menteri itu lebih tertarik pada Cina untuk mendatangkannya. Jangan-jangan dia juga berfilosofi soal cangkul.

Begini kira-kira: Untuk apa jauh-jauh ke Cina untuk menggali ilmu? Lebih baik datangkan saja cangkulnya. Indonesia banyak duitnya kok, apa saja bila dibeli.

Padahal proses impor perlu waktu, negosiasi harga, jenis barang, kualitas, waktu kirim, pendistribusian, dan pemasaran, hingga ke tangan pembeli.

Idealnya, gunakan dana yang ada untuk mestimulan para pendai besi lokal memproduksinya secara masif. Ekonomi kerakyatan meningkat, harga terjangkau, dan kualitas terjamin.

Tapi itu sepertinya tak popular bagi pemerintah. Impor itu wajib! []



~ Fajar Sumatera, Rabu, 2 November 2016

No comments:

Post a Comment