Friday, November 4, 2016

Buat Calon Bupati

Oleh Abdullah Al  Mas’ud


MUNAFIK secara harfiah adalah tidak samanya antara kelakuan dan omongan. Rasulallah SAW menyebut  tiga tanda orang munafik, yakni berjanji diingkari, dipercaya berkhianat, dan berbicara selalu bohong. Neraka jahanam adalah tempat  orang-orang munafik.

Anehnya, kini kian banyak orang munafik bahkan tumbuh subur. Di dunia perpolitikan malah kian nyata. Banyak yang bangga dengan karir politik meski harus munafik. Kecenderungan politik saat ini, terjadi kemunafikan  yang dikamuflase  sebagai euforia. Mencari simpati dan dukungan dari masyarakat untuk kepentingan sesaat, dan akan menimbulkan penderitaan berkepanjangan.


Kemunafikan biasanya menumbuhkan sikap politik yang plin-plan dan mencla-mencle. Bahkan dalam bertindakpun tak segan-segan menempuh  penghalalan segala cara, untuk semata-mata kepentingan diri dan kelompoknya.

Sebagai contoh para calon bupati menjual kesengsaraan rakyat yang dijanjikan dengan kesejahteraan. “Nanti kalau saya terpilih, masyarakat akan sejahtera,” begitu kira-kira janji politik para calon. Begitu sudah jadi…wadduuh..boro-boro inget. Jelas ini kemunafikan. Mereka tak takut dengan hukuman Allah Swt.

Padahal sebagai calon pemimpin jangan sekali-kali goyah hanya karena godaan dengan menjual iming-iming gaya hidup munafik serba materi, yang pasti akan membuat rakyat  miskin dan sengsara.

Orang-orang munafik itu sungguh tidak bermutu. Meski berpenampilan  mentereng, gaya bicaranya mengagumkan, tapi  tidak punya pendirian. Mereka suka pamer, memperlihatkan kebaikan-kebaikannya.

Orang munafik itu suka sekali dipuji dan disanjung. Introspeksilah, apakah kita masuk dalam gambaran orang-orang munafik? Bila ya, segeralah buang jauh-jauh sifat munafik, penuh kepalsuan itu.

Bahkan, mereka berani membeli suara atau istilahnya money politic. Padahal, bila sadar dan mau mengambil hikmahnya, kinilah saat terbaik baginya untuk ikhlas meninggalkan gaya hidup gila hormat dan cenderung munafik.

Bagi calon bupati jika tak terpilih juga harus ikhlas atas segala jerih payah perjuangan dan materi yang telah dikeluarkannya. Dan bagi yang menang jangan ada lagi sikap mengharapkan segala ‘biaya’ itu balik modal plus keuntungannya.

Harapan kita para calon pemimpin membuang jauh-jauh sifat munafik. Dalam berjuang, utamakan kepentingan seluruh rakyat, martabat dan  harkat. Bila kita kerja tanpa munafik Insya Allah kita akan maju dan sejahtera...Amiin. []


~ Fajar Sumatera, Jumat, 4 November 2016

No comments:

Post a Comment