Thursday, June 30, 2016

Macet Itu Asyik

Oleh Riko Firmansyah

JALAN-JALAN di Bandarlampung macet. Sebabnya bermacam-macam. Tapi yang kerap terabaikan adalah kita sebagai pengguna jalan juga menjadi penyumbang kemacetan itu senidiri.

Maksudnya, kalau tidak ingin terjebak macet jangan berkendaraan. Karena  kemacetan lalu lintas bukan untuk dimarahi atau dikeluhkan. Peristiwa itu di luar kemampuan, kompetensi, dan semua memiliki kontribusi yang sama dalam menciptakannya.

Ambil saja segi postifnya. Misalnya, prilaku pedagang asongan yang melihat kemacetan sebagai peluang bisnis; aktivis lebih menyukai demo ke jalan dan  sengaja membuat lalulintas agak terhambat agar mendapat perhatian; hingga sengaja diciptakan untuk menjatuhkan kredibilitas saingan politiknya.

Adopsi saja cara mereka. Ambil contoh penunggak pajak kendaraan bermotor yang mencapai satu juta. Dispenda bisa memanfaatkannya dengan menyebarkan brosur himbauan atau menempel stiker peringatan pada kendaraan yang mati pajak.

Atau, bisa juga memberikan door prize karena taat membayar pajak. Bukankan mereka telah terdata secara online? Sehingga, bisa langsung mengeceknya di mana pun dan kapan pun.

Kita juga memiliki dewan kesenian. Kenapa tidak menyuguhkan atraksi seni yang menghibur bagi pengedara yang mengalami kemacetan di jalan raya. Gambus Lunik, misalnya. 

Atau menjajakan produk Dekranasda dari berbagai pelosok Lampung. Bukankah selama ini masyarakat tak begitu ngeh soal berbagai bentuk hasil kerajinan tersebut.

Maksud dari semua itu, tak perlu risau dengan kemacetan yang ada. Apalagi momennya berbarengan dengan Lebaran. Nikmati saja terpenting kita beranggapan bahwa macet itu mengasyikkan. []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 30 Juni 2016


No comments:

Post a Comment