Tuesday, June 28, 2016

Ketika Masyarakat Acuh

Oleh Rusidi

DALAM beberapa hari terakhir menjelang berakhirnya bulan suci Ramadan 1437 H, kesibukan masyarakat semakin meningkat. Tanpa terkecuali masyarakat Bandarlampung khususnya, terlihat aktivitas begitu tinggi. Di pasar tradisional, pasar modern (mal/swalayan), di pasar dadakan (pasar kaget), di pinggir jalan, di terminal, pelabuhan dan sebagainya, tampak aktivitas dan intensitas yang semakin tinggi.

Bahkan, masyarakat tidak lagi menghiraukan dengan melonjaknya harga kebutuhan primer maupun skunder. Padahal, pemerintah sangat dipusingkan dengan adanya kenaikan harga kebutuhan hingga pada keputusan bagaimana untuk menekan (menurunkan) seminim mungkin harga untuk beberapa jenis bahan pokok khususnya pangan. Ironis memang, melihat apa yang dilakukan oleh pemerintah, sementara masyarakat luas seperti tidak menghiraukan mahal tidaknya bahan pokok.

Dan, yang perlu kita cermati menjelang perayaan hari raya Idul Fitri 1437 H tahun ini adalah, bagaimana kota Bandarlampung seperti dikepung (banjir) oleh kendaraan berplat dari luar daerah baik motor maupun mobil. Hal ini menunjukkan bahwa roda perekonomian masyarakat Bandarlampung khususnya dan Lampung secara umum terus menunjukkan peningkatan dalam hal kesejahteraan. Secara otomatis menepis anggapan provinsi Lampung adalah salah satu provinsi yang dianggap miskin.

Sayangnya tinggi volume kendaraan yang melintas di Bandarlampung dan Lampung secara umum, tidak diimbangi dengan penambahan fisik jalanan yang memadai. Walaupun terkesan dipaksanakan khususnya di Bandarlampung, ada beberapa titik sedang dalam pembenahan dan peningkatan mutu jalan, namun itu juga masih dianggap sebagai biang daripada kemacetan yang terjadi.

Lalu bagaimana untuk menyikapi hal itu semua. Artinya, masyarakat dapat menikmati masa liburan di bulan suci Ramadhan dan menyambut Idulfitri, dengan nyaman dan aman. Tidak harus dengan bermacet-macetan seperti yang tersirat dan tergambar yang menjadi foto trend kemacetan kota Bandarlampung saat ini. Kita tidak perlu mencari kambing hitam, siapa yang salah dan siapa yang benar.

Semua masyarakat Lampung dan khususnya Bandarlampung sudah sangat jenuh dengan kemacetan yang dirasakan dan tidak dipungkiri menjadi salah satu penghambat masyarakat dalam beraktivitas. Pembangunan fly-over memang sangat dibutuhkan, namun harus diimbangi dengan penataan kota yang mumpuni. Jadi nantinya kita tidak hanya sebagai masyarakat yang bisanya hanya mengaggumi daerah orang lain, tapi menjadi pecundang di daerah atau rumahnya sendiri. []


~ Fajar Sumatera, Selasa, 28 Juni 2016

No comments:

Post a Comment