Wednesday, June 1, 2016

Mimpi Daging Rp80 Ribu

Oleh Supendi

DAGING sapi tengah populer di tengah masyarakat Indonesia saat ini. Tetapi, bukan perkara kualitas atau rasanya, melainkan fenomena harga jualnya yang kian meninggi jelang pelaksanaan ramadan dan lebaran.

Seperti tahun-tahun sebelumnya dan mungkin selalu sama kedepannya, harga daging sapi selalu menjadi tranding topic di tengah masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah.

Karena sudah biasa, masyarakat juga memandang kenaikan harga daging sebagai sesuatu yang biasa. Begitu juga dengan tingkah polah aparatur pemerintahan yang berjanji menstabilkan harga, seakan sudah biasa, dan terngiang begitu saja. Tapi biasa bagi pemerintah bisa berarti luar biasa bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi yang biasa saja.

Keinginan Presiden Joko Widodo akan harga daging sapi yang dijual Rp80 ribu per kg selama Ramadan dan lebaran tahun ini, sempat memunculkan harapan. Harapan akan konkritnya upaya pemerintah mewujudkan keinginan semua lapisan masyarakat itu.

Kementerian Perdagangan langsung memberikan respon untuk menjawab keinginan Presiden. Entah bagaimana proses pembahasannya, lagi-lagi solusi menstabilkan harga disandarkan pada kran impor. Kebiasaan ini juga sudah berulang tiap tahunnya namun tak begitu berasa efeknya.

Pemerintah sebelumnya berencana mengimpor 10 ribu ton daging, tetapi belakangan menambahnya menjadi 27,4 ribu ton. Upaya ini diklaim bisa menstabilkan harga daging, mungkin sesuai dengan yang diinginkan Presiden, meski sepertinya amat mustahil.

Keinginan mematok harga daging Rp80 ribu per kg perlu kita dukung, namun untuk merealisasikannya saat ini rasanya tidak mungkin. Bila keinginan rakyat ini terus tertanam dalam pikiran para pemegang kebijakan, mungkin bisa direalisasikan dalam beberapa tahun kedepan.

Ketidakmungkinan itu bersandarkan pada masih mahalnya ongkos distribusi daging dari distributor ke pedagang lantaran belum membaiknya kondisi infrastruktur  jalan baik dari sisi jarak maupun konstruksi. Selain itu, tingkat permintaan tinggi yang membudaya jelang Ramadan dijadikan tren untuk menaikkan harga jual para pedagang.

Presiden Joko Widodo juga secara gentle mengakui bila infrastruktur di Tanah Air menjadi biang mahalnya harga-harga barang di pasaran. Puncaknya tentu saja saat memasuki moment keagamaan seperti ramadan dan lebaran.

Selain diperlukan gebrakan membangun infrastruktur jalan baik transportasi darat yang lebih ringkas maupu akses transportasi air yang memadai, pemerintah juga perlu membuat perencanaan swasembada pangan.

Namun swasembada dimaksud bukan sebatas wacana program, melainkan perlu diiringin niat dan kesungguhan untuk benar-benar memandirikan bangsa. Toh, ini juga sesuai dengan tagline pemerintah untuk mencintai produk Indonesia, bukan untuk mencintai dan memakan produk buatan luar negeri. []


~ Fajar Sumatera, Rabu, 1 Juni 2016

No comments:

Post a Comment