Thursday, September 1, 2016

Mukidi dan Proyek MJ

Oleh Rusidi


AKHIR-akhir ini kita banyak disuguhkan dengan berbagai dagelan atau bahan candaan (guyonan) versi ala Mukidi. Bahkan guyonan ala Mukidi di media sosial mampu mengungguli berbagai topik pembicaraan atau persoalan baik itu dunia politik, kriminal, ekonomi, budaya dan olahraga yang menggelayut di seantreo tanah air pengguna medsos.

Tanpa terkecuali yang saya alami dengan berbagai cerita banyolan Mukidi dengan berbagai versi alur cerita. Dari prihal yang serius hingga pada cerita-cerita yang berbau ‘sex’ nan lucu dan mengundang gelak tawa bagi siapa saja. Padahal diseputaran kita khususnya masyarakat Bandarlampung, banyak cerita yang lebih menarik semisal adanya pembongkaran taman di Tugu Juang akibat peruntukan yang dianggap tidak jelas dan tidak berpihak kepada masyarakat.


Dengan mengatasnamakan rekaya lalulintas, orang nomor satu di Kota Tapis Berseri , Herman HN mencoba untuk mengurai kemacetan yang terjadi di wilayahnya. Sayang proyek pembuatan taman hiburan atau taman kota yang telah menghabiskan dana milyran tersebut,   ternyata bukan menjadi hal yang dianggap penting oleh masyarakat Bandarlampung. Bahkan sebagian besar mengatakan proyek tersebut ‘MJ’ alias mak jelas .

Bahkan dalam perdebatan di grup WA tetangga sebelah, apa yang dilakukan Herman HN dikomentari oleh Mukidi, yang menurutnya proyek MJ tersebut bukan semakin mengurai kemacetan melainkan menambah kemacetan yang membuat kota ini semakin ruwet dan sumpek. Keinginan Walikota untuk membuat Bandarlampung sebagai kota pariwisata dan kuliner, dengan nuansa hutan kota yang asri, tidak mampu  diwujudkan.

Menurut Mukidi, bukan rahasia umum pengembangan ruas jalan yang dipergunakan walikota untuk menjadi sarana taman kota kurang dikoordinasikan terlebih dahulu. Padahal apa yang diharapkan Herman HN dengan pemanfaatan jalan menjadi taman kota adalah mulia, namun semua itu harus mendapat persetujuan dari berbagai pihak. Artinya, semua harus dimusyawarahkan sebelum mengambil keputusan.

Melihat hal tersebut di atas, tentu semua menjadi sia-sia alias nol. Bahkan untuk membongkar taman kota yang sudah terbangun, menjadi ajang rebutan antara dinas PU Kota Bandarlampung dengan dinas perhubungan provinsi Lampung.  Intinya, proyek yang tidak jelas tersebut harus dibayar mahal. Maksudnya, sudah berapa uang negara yang juga uang rakat dihabiskan untuk membangun hal yang dianggap tidak penting.  []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 1 September 2016

No comments:

Post a Comment