Thursday, July 14, 2016

Menjaga Nafas Pasar Tradisional

Oleh Supendi


MIRIS membaca berita mengenai buruknya kondisi jalan di salah satu pasar terbesar di Bandarlampung, Pasar Pasir Gintung beberapa waktu lalu. Kondisi jalan yang berlubang dan kerap becek membuat pedagang dan pembeli tak nyaman saat berbelanja. Belum lagi masalah lainnya seperti penataan lapak pedagang yang tidak beraturan serta masalah keamanannya.

Memang semakin maju suatu wilayah semakin modern pula berbagai fasilitas yang tersedia. Dalam urusan perdagangan misalnya, berbagai fasilitas jual beli mulai dari minimarket hingga hypermarket menjamur dimana-mana.

Bahkan di era teknologi seperti sekarang ini, layanan jual beli sudah merambah pada layanan digital sehingga semakin memudahkan aktifitas warga.

Namun di samping itu semua, kemajuan suatu wilayah tetaplah belum mampu mematikan kehadiran pasar tradisional yang telah hadir lebih dulu dan telah teruji sejak lama. Tapi kalau menggeser dan meminggirkannya, mungkin fenomena itulah yang tengah terjadi saat ini.

Penyebab utama tidak berkembangnya pasar tradisional saat ini sebagian besar berasal dari kondisi fisik dari pasar itu sendiri yang cenderung tak terawat. Seperti yang kita tahu, image pasar tradisional di masyarakat saat ini adalah tempat berdagang yang bau, pengap, becek dan jorok.

Kenyataan itulah yang membuat para pengunjung pasar tradisional beralih memilih pasar modern dan hypermart yang lebih menawarkan kelengkapan dan kenyamanan berbelanja dibandingkan pasar tradisional.

Di tengah arus modernitas, keberadaan pasar tradisional semakin terdesak dengan bermunculannya pasar modern yang menawarkan lebih banyak keunggulan komoditi, harga serta kenyaman.

Pertanyaannya, mampukah pasar tradisional bertahan di tengah arus modernitas saat ini? Hal inilah yang patut disikapi khususnya oleh pihak terkait baik unsur pemerintah maupun lembaga swasta yang mengelolanya.

Tentu saja, pasar tradisional bukanlah sekadar menjadi tempat bertemunya antara pedagang dan pembeli. Lebih dari itu,  pasar tradisional sudah menjadi pusat kegiatan sosial ekonomi kerakyatan yang memiliki peran sebagai pusat distribusi barang dari petani, pedagang hingga sampai kepada pembeli.

Kehadiran pasar tradisional juga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga menjadi penggerak perekonomian yang mengembangkan wilayah baik desa maupun kota.

Melihat peranannya yang begitu besar itu, sudah sepatutnya kehadiran pasar tradisional tak lagi dipandang sebelah mata. Pengelola harus mampu menciptakan suasana pasar tradisional yang nyaman dan aman. Kehadirannya harus ditata dan dijaga kelestariannya. []



~ Fajar Sumatera, Kamis, 14 Juli 2016

No comments:

Post a Comment