Thursday, May 28, 2015

Olah(raga) Negara

Oleh Rusidi


OLAHRAGA dan Olah Negara. Dua hal yang tidak ada kaitannya sama sekali. Namun para politis pengelola negeri ini sepertinya harus berkaca pada dunia olahraga. Karena olahraga ternyata memperlihatkan karakter yang dibutuhkan untuk olah negara.

Dalam kobaran cinta seperti dalam olahraga yang mengatasnamakan bangsa, jiwa amatir yang siap berkorban demi patria mengalahkan kalkulasi untung-rugi sehingga atlet profesional ternamapun harus rela bertanding dengan imbalan di bawah standart.

Dalam dunia olahraga, atlet sejati lebih mendahulukan kesiapan berjuang ketimbang mengedepankan hasil. Meminjam ungkapan Brutus dalam drama William Shake, Julius Caesar “How many times shall caesar bleed in sport” berapa banyak cucuran keringat, darah, dan air mata yang ditumpahkan para atlet dalam olahraga, untuk dapat menularkan jiwa amatir ke dalam Olah Negara?

Berapa banyak atlet sejati yang harus berlaga agar para aspiran politik menyadari pentingnya mengedepankan keseriusan berjuang ketimbang meraih jalan pintas kemenangan? Contoh Konkret pada pelaksanaan suatu even olahraga sekelas SEA Games. Pelayanan atlet kepada bangsanya berbanding terbalik dengan pelayanan aparatur negara.

Kontras dengan keberhasilan atlet meraih prestasi, para penyelenggara negara. Kontras dengan jiwa pengorbanan dan kejuangan para atlet, para penyelenggara negara yang terkait dengan itu justru menggelorakan jiwa koruptif.

Kontras dengan perjuangan atlet untuk menuju kemenangan yang memerlukan perjuangan panjang, jalan kemenangan politisi kita justru banyak yang menempuh jalan pintas. Sektor olahraga seringkali dilukiskan sebagai cermin proses modernisasi  bangsa.

Kondisi perkembangan politik dan ekonomi suatu bangsa bisa direfleksikan oleh perkembangan olahraganya. Prestasi olahraga diharapkan bisa memberikan rangsangan positif bagi perkembangan politik dan ekonomi. Ketika dunia politik tidak berhasil melahirkan pahlawan-pahlawan alternatif yang diperlukan untuk menumbuhkan harapan.

Bagaimana pun juga, kalau boleh mengutip sajak Rene de Clerq, “Hanya ada satu tanah air yang bernama tanah airku. Ia makmur karena usaha, dan usaha itu adalah usahaku”. Salam Olahraga. []


~ Fajar Sumatera, Kamis, 28 Mei 2015

No comments:

Post a Comment