Thursday, November 29, 2018

Asbun

Oleh Udo Z Karzi


SAYA kira "asbun" itu cuma istilah masyarakat saja untuk menyebut seseorang atau lebih sering pejabat yang suka ngomong ngawur: jauh dari rasionalItas, tidak berdasar akal sehat, tidak relevan dan tidak kontekstual dengan masalah yang dibahas, bahkan menghindari dari sasaran yang dipersalahkan, memutar-balik fakta, serta tidak memberikan solusi.

Tapi, ternyata KBBI sudah memasukkan "asbun" sebagai akronim asal bunyi (sebutan untuk perilaku asal berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu). Asbun boleh jadi hoaks, tetapi lucunya luar biasa. Meskipun lucu dan kita ketawa sambil meringis, ia adalah pembodohan yang kelewatan. Kita bertanya-tanya pihak yang paling berkompeten dengan hal tertentu, tetapi ketika dimintakan keterangan, pandangannya, dan pertanggungjawaban atas apa yang memang menjadi lingkup tugasnya, kok jawabannya melipir tak karu-karuan.

Pejabat atau politisi asbun banyak banget di negeri ini. Namun, saya hanya mau menyebutkan satu saja pejabat yang paling sering asbun belangan ini dan karenanya popularitasnya paling tinggi saat ini. Pertama, wartawan baik, timnas baik. Ceritanya, seorang wartawan bertanya kepada Edy yang saat itu terlihat tengah berjalan mengenakan setelan jas berwarna hitam.

Wartawan menanyakan langkah yang akan dilakukan PSSI melihat Timnas Indonesia yang belum berhasil di ajang AFF 2018. Jawaban Edy atas pertanyaan ini yang kemudian menjadi perhatian publik. “Wartawannya yang harus baik. Ketika wartawannya baik, nanti timnasnya baik,” ujarnya sambil tetap berjalan.

Berbagai tanggapan diberikan warganet yang menyoroti korelasi kinerja wartawan dengan penampilan tim nasional.

Bahkan, saat pertandingan Indonesia versus Filipina, Minggu (25/11/2018), para suporter menyanyikan yel-yel “Wartawan harus baik, wartawan harus baik, wartawan harus baik” dengan menggunakan irama khas yel-yel suporter bola Indonesia.

Kedua, perbandingan jumlah atlet dan penduduk sebabkan suporter berkelahi. Sebelumnya, pernyataan Edy menyampaikan perbandingan atlet sepak bola dan penduduk menjadi salah satu penyebab terjadinya perkelahian antar supporter.

Hal ini ia sampaikan saat menjadi salah satu bintang tamu pada program Indonesia Lawyer Club, TVOne, 25 September 2018. “Indonesia mempunyai atlet sepak bola hanya 76.000 dari 250 juta. Inilah salah satu yang mengakibatkan suporter berkelahi,” kata Edy.

Ia pun membacakan data yang ia miliki terkait perbandingan jumlah atlet dan penduduk beberapa negara di dunia. Edy menyebutkan, Spanyol, misalnya, memiliki pemain sepak bola yang tercatat di FIFA 4,1 juta dan penduduknya 46,8 juta; Belanda 1,2 juta banding 16,7 juta; Jerman 6,3 juta banding 80 juta, dan seterusnya.

Pernyataan ini lagi-lagi mencuri perhatian warganet. Mereka mengaku tidak paham dengan apa yang disampaikan oleh Edy karena tak mengerti korelasi keduanya.

Ketiga, apa hak Anda menanyakan ini? Saat sesi wawancara Edy dengan Kompas TV melalui sambungan telepon yang disiarkan secara langsung pada 24 September 2018, ia ditanya terkait  kematian salah satu suporter Persija di Bandung beberapa waktu sebelumnya. Edy dimintai tanggapan sebagai Ketua Umum PSSI.

Saat pembawa berita menanyakan apakah Edy merasa terganggu dengan rangkap jabatan yang ia emban, sebagai Gubernur Sumatera Utara sekaligus Ketua Umum PSSI, jawaban Edy kembali menjadi perhatian. "Apa urusan Anda menanyakan itu? Bukan hak Anda juga untuk bertanya kepada saya, saya juga punya hak untuk tidak menjawab,” jawab Edy.
Sontak, video yang menampilkan potongan wawancara itu pun menyebar di media sosial dan menjadi perbincangan di kalangan warganet. Tak hanya komentar, warganet juga menjadi petikan pernyataan Edy di berbagai meme.

Ah, asbun benar deh! []


Fajar Sumatera, Kamis, 29 November 2018 

No comments:

Post a Comment